Instagram Uji Coba Kecerdasan Buatan untuk Verifikasi Usia Pengguna
Instagram menguji coba metode baru untuk memverifikasi usia pengguna. Salah satunya, menggunakan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Selama ini, Instagram hanya meminta verifikasi usia saat pengguna remaja mencoba mengedit tanggal lahir. Verifikasi ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka berusia 18 tahun ke atas.
Dalam melakukan verifikasi itu, pengguna dapat mengirimkan gambar berbagai kartu identitas. "Mulai saat ini, pengguna di Amerika Serikat (AS) akan memiliki dua opsi tambahan verifikasi, yakni vouching sosial dan estimasi menggunakan AI," demikian dikutip dari The Verge, Kamis (23/6).
Pada metode social vouching, Instagram akan meminta tiga pengikut bersama pengguna untuk mengonfirmasi berapa usia mereka. Pengikut harus berusia di atas 18 tahun dan memiliki waktu tiga hari untuk menanggapi permintaan Instagram.
Sedangkan metode estimasi AI, Instagram melibatkan perusahaan pihak ketiga, Yoti. Teknologi AI dari Yoti akan memperkirakan usia seseorang menggunakan video.
Yoti adalah perusahaan verifikasi identitas. Teknologinya telah disetujui untuk digunakan oleh pemerintah Inggris dan regulator digital Jerman untuk verifikasi berbagai sinyal wajah dan memperkirakan usia target.
Lembaga non-profit pihak ketiga menyebutkan bahwa analisis sistem dari Yoti 98,89% dapat diandalkan dalam menebak usia seseorang. Artinya, setiap 1.000 tebakan yang dibuat sistem, terdapat antara 0 dan 11 kesalahan.
Instagram memang gencar membatasi akses anak-anak dan remaja. Ini dilakukan setelah perusahaan media sosial itu dikritik oleh pakar privasi dan keselamatan anak.
Uni Eropa bahkan menyelidiki Instagram atas dua dugaan penggunaan data pengguna di bawah 18 tahun pada 2020. Investigasi ini dilakukan oleh Komisi Perlindungan Data atau Data Protection Commission (DPC) di Irlandia.
“Kami mengidentifikasi potensi kekhawatiran mengenai pemrosesan data pribadi remaja di Instagram yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Graham dikutip dari Business Insider, Oktober 2020 (20/10/2020). Investigasi dilakukan setelah menerima keluhan dari ilmuwan data asal AS David Stier.
Dalam unggahan di Medium pada 2019, Stier mengungkapkan telah menemukan celah di Instagram yang memungkinkan data pribadi pengguna remaja terungkap ke publik. Ini terkait alat (tools) untuk beralih dari akun biasa ke bisnis.
Untuk beralih, pengguna harus menambahkan nomor telepon atau alamat email, yang kemudian dapat diakses publik. Sedangkan tidak ada batasan tentang siapa yang dapat mengubah profilnya.
“Banyak anak mengetahui bahwa mereka dapat 'mengklaim' untuk memiliki bisnis, sehingga mereka dapat menambahkan tombol kontak ke halaman profil," tulis Stier.