3 Startup ‘Sayuran’ Tutup Layanan dan PHK meski Diminati Konglomerat
Startup penyedia kebutuhan pokok seperti sayur dan buah-buahan, Sayurbox dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan rintisan ini sebelumnya menutup toko offline Toko Panen bulan lalu (20/6).
Toko offline yang ditutup itu terletak di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Hal ini disampaikan melalui akun Instagram @panen.official bulan lalu (16/6).
Kini, Sayurbox dikabarkan melakukan PHK. Katadata.co.id mengonfirmasi rumor ini kepada startup tersebut. Namun belum ada tanggapan.
Padahal, Sayurbox meraih pendanaan seri C lebih dari US$ 120 juta atau lebih dari Rp 1,7 triliun pada Maret. Investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC).
Investor terdahulu yakni Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain, dan beberapa penanam modal lainnya turut berpartisipasi dalam pendanaan tersebut.
Northstar merupakan salah satu investor Gojek. Sedangkan Alpha JWC Ventures berinvestasi di startup besutan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni Goola dan Mangkokku.
Pendanaan seri C yang diraih itu didapat kurang dari setahun seri B US$ 15 juta Rp 216 miliar yang dipimpin oleh Astra.
Sayurbox juga menyediakan lebih dari 5.000 produk hasil pertanian, daging dan ikan, serta makanan jadi. Cakupan pengantarannya yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, dan Bali.
Startup itu melayani sekitar satu juta pelanggan di Jawa dan Bali. Selain itu, bekerja sama dengan lebih dari 10.000 petani di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, ada dua startup sejenis yang menutup layanan, yakni Tanihub dan Brambang. Tanihub juga melakukan PHK.
Brambang menutup layanan pada Mei (27/5). Startup ini beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik.
Perusahaan pun membuat akun Instagram baru yakni @brambangelektronik. “Follow @brambangelektronik untuk informasi penawaran terbaru dan silahkan download aplikasi Brambang terbaru di Google Play Store,” kata Brambang melalui akun Instagram @brambangdotcom, pada Mei (26/5).
Pada Februari, TaniHub juga menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan yakni di Bandung dan Bali. Startup pertanian ini juga melakukan PHK.
Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group Bhisma Adinaya menjelaskan, perusahaan ingin mempertajam fokus bisnis. Caranya, dengan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan Business to Business (B2B) seperti hotel, restoran, kafe, modern trade, general trade, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta mitra strategis.
“Nantinya, serapan hasil panen petani semakin membesar. Dengan demikian, kami menghentikan juga kegiatan berkaitan dengan Business to Costumer (B2C) atau yang melayani konsumen rumah tangga,” ujar Bhisma kepada Katadata.co.id, pada Februari (26/2).
Oleh karena itu, perusahaan melakukan PHK karyawan. “Terkait dengan penajaman fokus bisnis ini, memang ada pegawai di dalamnya yang terkena dampak,” kata dia.
Startup Pertanian Diminati oleh Konglomerat
Sektor e-groceries pun diminati oleh konglomerat di Indonesia. Anak usaha CT Corps, PT Trans Retail Indonesia (Transmart) dan PT Bukalapak.com Tbk membentuk usaha patungan atau joint venture berupa e-commerce bidang makanan segar dan kebutuhan sehari-hari AlloFresh.
Kemudian Blibli yang didukung Grup Djarum juga berinvestasi di perusahaan ritel modern Ranch Market. E-commerce ini mengakuisisi 51% saham Ranch Market, dengan nilai transaksi pengambilalihan Rp 2,03 triliun.
Grup Djarum juga masuk ekosistem penyedia produk segar secara tidak langsung melalui Gojek. Grup Djarum menjadi salah satu investor Gojek sejak 2018.
Gojek memimpin putaran pendanaan seri A startup social commerce Segari melalui GoVentures pada April. Nilai investasinya US$ 16 juta atau Rp 226,8 miliar.
Segari menawarkan layanan penyederhanaan rantai distribusi kebutuhan pokok melalui skema bisnis social commerce.
Startup yang berdiri tahun lalu itu menjaring mitra petani dari Jawa dan Sumatera. Perusahaan rintisan itu memanfaatkan desentralisasi gudang dalam menyediakan layanan.
Lalu, Astra International berinvestasi di Sayurbox US$ 5 juta atau sekitar Rp 72 miliar. Grup Ciputra, melalui emiten teknologi, Metrodata Electronics juga menggelontorkan US$ 500 ribu atau setara Rp 7,12 miliar kepada Sayurbox.
Metrodata Electronics dan Sayurbox menandatangani perjanjian investasi yang di dalamnya disebutkan bahwa perusahaan akan memperoleh saham di Sayurbox dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah dan persentase saham akan didasarkan pada formula perhitungan yang diatur dalam perjanjian investasi tersebut.
Triputra Group dan Multi Persada Nusantara terlibat dalam putaran pendanaan startup penyedia produk segar Kedai Sayur US$ 4 juta atau Rp 57 miliar sejak 2019.
Kedai Sayur menawarkan solusi inklusi teknologi bagi tukang sayur. Perusahaan mendesain model bisnis tukang sayur dan mengakomodasi ekosistem petani sayur.
Kemudian, Grab menjalin aliansi usaha dengan gerai ritel milik Grup Lippo, Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Kerja sama ini untuk memperluas bisnis omni-channel Matahari.
Melalui kolaborasi itu, Matahari bisa membuat toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo dan Hyfresh pada fitur GrabMart. Dengan begitu, konsumen Grab dapat berbelanja bahan pokok, produk segar hingga kebutuhan rumah tangga dalam satu aplikasi.
Ada juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Telkom yang masuk melalui MDI Ventures. Perusahaan modal ventura ini memimpin pendanaan ke startup pertanian TaniHub Group US$ 65,5 juta atau sekitar Rp 942 miliar pada Mei.