Inflasi Amerika Tinggi, Kripto Bitcoin Dkk Kehilangan Nilai Rp30.000 T

Desy Setyowati
14 Juli 2022, 12:08
Kripto, inflasi amerika, bitcoin
Bloomberg
Kripto

Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Juni melonjak lagi menjadi 9,1% secara tahunan (year on year/yoy), yang diumumkan Rabu (13/7). Kondisi ini berdampak juga terhadap kripto, yang kehilangan nilai pasar hampir Rp 30.000 triliun.

Cryptocurrency mengalami penurunan yang brutal tahun ini. Kripto kehilangan nilai US$ 2 triliun (Rp 29.990 triliun) sejak puncak reli besar-besaran tahun lalu,” demikian dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (14/7).

Harga bitcoin turun 70% dari level tertinggi sepanjang masa pada November yakni mendekati US$ 69.000. Bitcoin merupakan aset digital terbesar di dunia.

Banyak ahli pun memperingatkan adanya "musim dingin kripto." Peristiwa serupa pernah terjadi antara 2017 dan 2018.

Delapan kripto berkapitalisasi besar atau big cap seperti bitcoin dan ethereum pun anjlok menjelang pengumuman inflasi Amerika pada Juni. Rinciannya berdasarkan data CoinMarketCap pada Rabu (13/7) Pukul 12.00 WIB sebagai berikut:

  1. Bitcoin (BTC) anjlok 2,21% ke US$ 19.497 per keping
  2. Ethereum (ETH) turun 3,26% ke US$ 1.055 per koin
  3. Cardano (ADA) 3,87%
  4. Solana (SOL) 2,24%
  5. Dogecoin (DOGE) 2,85%
  6. XRP turun menjadi US$ 0,314 menjadi US$ 0,305

“Hanya stablecoin Tether (USDT) dan Binance USD (BUSD) yang masih bergerak hijau,” demikian dikutip dari keterangan pers Tokocrypto, Rabu malam (13/7).

Meski begitu, harga beberapa di antaranya kembali naik per Pukul 11.37 WIB hari ini (14/7). Rinciannya sebagai berikut:

  1. Bitcoin naik 3,46%
  2. Ethereum 5,38%
  3. Binance Coin 3,93%
  4. XRP 2,57%
  5. Solana 4,45%
  6. Binance USD -0,04%
  7. Cardano 3,09%
  8. Dogecoin 1,21%
  9. Shiba Inu 3,7%

Trader Tokocrypto Afid Sugiono menyampaikan, data inflasi AS pada Juni menjadi ‘awan hitam’ bagi pasar kripto pekan ini.

Banyak analis memprediksi Indeks Harga Konsumen (CPI/IHK) Amerika sekitar 8,7% - 8,8%. Namun ternyata lebih besar dari prediksi, yakni 9,1%.

Investor pun bersiap melihat nilai dolar AS semakin meroket dan kripto terpuruk.

"Data inflasi yang terus naik tentu akan direspons keras oleh bank sentral AS, The Fed dengan pengetatan suku bunga acuan. Peningkatannya bisa sangat agresif," kata Afid.

“Khawatirnya akan memukul market kripto dengan keras. Hal ini tentu bakal membuat investor kabur dan mengamankan aset ke aset safe haven seperti dolar AS dan obligasi,” tambah dia.

Belum lagi, dua bank sentral di Asia Pasifik menaikkan suku bunga 50 basis poin (bps) pada Rabu (13/7). Keduanya yakni Bank Sentral Korea (BoK) menaikkan suku bunga menjadi 2,25% dan Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) menjadi 2,5%.

Investor kripto juga terpantau kurang bersemangat melakukan aksi beli. Secara umum, mereka tampaknya masih menghindari pasar cryptocurrency, menyusul redupnya selera risiko investasi di aset berisiko.

"Sejak awal pekan lalu, banyak investor memilih jaga jarak dari market untuk mengantisipasi data inflasi AS pada Juni. Kemudian, penguatan nilai dolar AS tampaknya masih menekan kinerja market kripto keseluruhan untuk beberapa hari mendatang," ujar Afid.

Kenaikan nilai dolar AS akan membuat investor merasa lebih untung untuk menyimpan uang tunai ketimbang mengoleksi aset kripto. Hasilnya, investor akan semakin getol melakukan aksi jual.

Di samping itu, investor sepertinya bakal terus melirik dolar AS setelah melihat paritas antara mata uang Euro dan dolar AS kini sudah mencapai 1:1.

"Kenaikan permintaan dolar AS yang kencang tentu akan menghantam harga aset kripto. Apalagi, beberapa analisis menunjukkan bahwa laju dolar AS kini punya korelasi negatif yang sangat kuat dengan laju harga aset kripto," ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...