Valuasi Induk Shopee Anjlok, Grab Kehilangan Status Decacorn
Valuasi induk Shopee, Sea Group tercatat turun dari sekitar US$ 200 miliar pada Oktober 2021 menjadi US$ 38,71 miliar pada akhir pekan lalu (15/6) menurut data YCharts. Sedangkan kapitalisasi pasar Grab juga anjlok dari sekitar US$ 40 miliar saat mencatatkan saham perdana alias IPO menjadi US$ 9,56 miliar hari ini.
Itu artinya, Grab tak lagi berstatus decacorn. Decacorn merupakan sebutan bagi perusahaan rintisan dengan valuasi di atas US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun.
Berdasarkan data YCharts, valuasi Grab di bawah US$ 10 miliar pada awal Mei. Kapitalisasi pasarnya beberapa kali turun menjadi di bawah US$ 10 miliar, kemudian naik lagi.
Namun valuasinya terus turun di bawah US$ 10 miliar sejak 8 Juli. Katadata.co.id sudah mengonfirmasi data ini kepada Grab, namun belum ada tanggapan.
Meski begitu, Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menilai ini waktu yang tepat untuk berinvestasi di startup, termasuk Grab. “Kalau punya dana menganggur, bisa jadi waktu yang baik untuk berinvestasi," katanya kepada Katadata.co.id, Senin (18/7).
Hal senada diungkapkan oleh situs penelitian saham Seeking Alpha. “Daya tarik terbesar untuk berinvestasi di Grab adalah bahwa penyedia layanan berbagi tumpangan (ride-hailing) ini penting di Asia Tenggara,” demikian dikutip pada April.
Seeking Alpha juga memperkirakan bahwa EV/EBITDA Grab jauh lebih masuk akal ke depan yakni 13 kali. “Terutama mengingat bahwa perusahaan terus meningkatkan pendapatan dan volume transaksi (GMV) pada kecepatan yang layak,” demikian dikutip.
EBITDA adalah laba perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. EV/EBITDA adalah rasio fundamental saham berupa Enterprise Value (EV) dibagi EBITDA. Nilai yang didapat akan digunakan untuk menentukan apakah harga suatu saham di atas atau di bawah angka wajar.
“Fakta bahwa GMV sekarang di atas kapitalisasi pasar, membuat kami percaya bahwa perusahaan tidak lagi terlalu mahal,” demikian dikutip.
Valuasi induk Shopee juga tercatat turun di bawah US$ 40 miliar berturut-turut sejak 13 Juli. Meski begitu, Seeking Alpha melihat Sea Limited terus mencatatkan pertumbuhan bisnis dan kepemimpinan di pasar-pasar utama di Asia Tenggara.
Pendapatan perusahaan asal Singapura itu tumbuh 64,4% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal pertama. Kenaikan omzet Sea terdorong oleh ekspansi pasar bisnis e-commerce.
Dalam laporan keuangannya, Sea Group mencatatkan pendapatan US$ 2,90 miliar pada kuartal yang berakhir 31 Maret. Pendapatan Shopee berada di atas perkiraan Refinitiv, yakni US$ 2,76 miliar.
Refinitiv merupakan perusahaan penyedia data dan infrastruktur pasar keuangan global.
Sea Group juga mencatatkan peningkatan laba kotor 81,3% yoy hingga US$ 1,2 miliar. Sedangkan total kerugian bersih naik menjadi US$ 580,1 juta.
Sedangkan EBITDA yang disesuaikan US$ 509,9 juta.