Elon Musk Akan Selidiki Karyawan Twitter soal Akun Bodong
Tim hukum Elon Musk menuntut Twitter Inc menyerahkan nama-nama karyawan yang bertanggung jawab dalam menghitung persentase akun bot dan spam. Kedua pihak berselisih terkait pembatalan negosiasi.
Elon Musk berencana membeli Twitter US$ 44 miliar atau sekitar Rp 660 triliun pada Juni. Namun orang terkaya di dunia versi Forbes ini membatalkan rencana itu pada Juli, salah satu alasannya karena perusahaan dinilai tidak transparan soal jumlah akun bot dan spam.
Twitter pun menggugat Elon Musk karena pembatalan kesepakatan. Kedua pihak tengah mengikuti proses sidang dan bersiap untuk persidangan pada 17 Oktober di Delaware.
Keduanya pun mengumpulkan bukti masing-masing. Tim hukum Elon Musk misalnya, mengajukan surat meminta hakim mengawasi kasus tersebut.
Selain itu, “memaksa Twitter menyerahkan nama-nama karyawan sehingga tim pembela dapat menanyai mereka,” kata sumber Reuters, dikutip Jumat (12/8).
Sedangkan Twitter sebelumnya mengatakan, perusahaan bekerja sama untuk berbagi informasi yang relevan dengan Elon Musk dalam menyelesaikan kesepakatan.
Sejak mencatatkan saham perdana alias IPO pada 2013, Twitter memperkirakan bahwa sekitar 5% akun adalah bot atau spam. Akhir bulan lalu, perusahaan mengatakan kepada wartawan bahwa mereka menghapus sekitar satu juta akun bot dan spam setiap hari.
Namun, Twitter mengizinkan akun bot atau spam yang bersifat layanan. Alasannya, bermanfaat bagi pengguna segmen korporasi dan umum.
CEO Twitter Parag Agrawal sempat mencuit soal cara perusahaan mendeteksi dan memerangi akun bot atau spam. Cuitan ini kemudian ditanggapi dengan emoji kotoran oleh Elon Musk.
Elon Musk yakin jumlahnya 20% dari total akun. Ini yang menjadi alasan CEO Tesla itu membatalkan kesepakatan.