Traveloka Tutup Layanan Belanja Bahan Pokok
Traveloka menutup layanan berbelanja bahan pokok Traveloka Mart. Langkah ini merupakan bagian dari strategi dan prioritas unicorn Tanah Air itu.
“Kami akan memberhentikan layanan Traveloka Mart sebagai bagian dari strategi dan prioritas perusahaan,” kata narasumber Traveloka kepada Katadata.co.id, Kamis (25/8).
Startup pariwisata atau online travel agent (OTA) itu menyampaikan bahwa perusahaan akan tetap berfokus pada karyawan, mitra, dan pengguna selama proses pemberhentian Traveloka Mart.
“Ini untuk memastikan transisi yang baik sesuai aturan yang berlaku,” ujar dia. “Kami akan terus berkoordinasi dengan para mitra dan menyediakan dukungan dalam proses pemberhentian layanan Traveloka Mart ini.”
Padahal sektor ini diminati oleh konglomerat. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian selama pandemi corona:
Perusahaan konsultan strategi global L.E.K Consulting memperkirakan, nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) layanan kebutuhan pokok lewat digital US$ 5 miliar - US$ 6 miliar (Rp 70 triliun - Rp 84 triliun) pada 2025.
Sebelumnya, riset Facebook dan Bain & Company menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona. Kebiasaan ini diprediksi tetap menjadi tren meski memasuki normal baru (new normal) atau saat pandemi usai.
Riset YouGov di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam pada April 2020 menunjukkan, berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis selama pandemi.
Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet berencana terus berbelanja bahan makanan secara online. Selain itu, 77% konsumen lebih sering menyiapkan makanan di rumah ketimbang membeli ataupun makan di restoran.
Hal senada juga terlihat pada riset Titipku yang terlihat pada Bagan di bawah ini: