Persaingan Tokopedia, Shopee, Lazada saat Era Bakar Uang Berakhir

Lenny Septiani
22 September 2022, 14:04
Lazada, Tokopedia, Shopee, startup, e-commerce, bakar uang
Katadata/Desy Setyowati
Lazada, Tokopedia, Shopee

E-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada mulai mengerem strategi bakar uang. Hal ini dinilai mengubah peta persaingan di antara startup di sektor itu.

Di tengah mengetatnya likuiditas dari investor, sejumlah startup melakukan efisiensi. Shopee misalnya, mengumumkan PHK karyawan di Indonesia pada Senin (19/9).

Perusahaan hasil merger Gojek dengan Tokopedia, GoTo juga menggenjot efisiensi. Salah satu caranya menekan biaya distribusi dan promosi.

Selain itu, perusahaan memanfaatkan teknologi yang lebih baik untuk promosi kepada merchant.

Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro membenarkan bahwa investor semakin selektif memberikan pendanaan. Mereka mencari perusahaan rintisan yang berfokus pada pertumbuhan jangka panjang dan profit.

Tidak heran jika banyak startup yang menggenjot efisiensi, salah satunya melalui PHK.

Namun menurutnya, bakar uang bukan hal yang salah. “Asal (yang melakukan) startup tahap awal,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, Kamis (22/9). “Kalau tidak bakar uang, mereka sulit mendapatkan pengguna.”

Sedangkan untuk startup yang sudah bertumbuh (growth stage), sebaiknya tidak lagi melakukan promosi besar-besaran. “Kalau sudah mengurangi bakar uang, persaingan akan berfokus pada produk, layanan, kecepatan transaksi, dan lainnya,” kata dia.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, startup harus lebih bijaksana dalam mengeluarkan dana meski memiliki beberapa inisiatif.

“Hati-hati, khususnya untuk inisiatif yang belum sampai pada tahap komersialisasi,” ujar Edward kepada Katadata.co.id, Kamis (22/9).

Persaingan Shopee, Tokopedia, Lazada

Shopee mengumumkan PHK karyawan di Indonesia pada Senin (19/9). Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira menyampaikan, perusahaan melakukan penyesuaian melalui beberapa perubahan kebijakan bisnis.

“Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan keputusan yang sangat sulit,” kata Radynal dalam keterangan pers, Senin (19/9).

Ia menjelaskan, langkah efisiensi sejalan dengan fokus perusahaan secara global untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan. Keduanya merupakan komponen penting dalam menjalankan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

“Perusahaan akan berfokus ke pertumbuhan bisnis yang mandiri dan berkelanjutan. Kami ingin memperkuat dan memastikan operasional perusahaan stabil di situasi ekonomi saat ini,” tambahnya.

CEO induk Shopee yakni Sea Ltd Forrest Li mengatakan, investor beralih ke investasi yang aman di tengah situasi ekonomi sekarang ini. Sea Ltd pun berfokus mencapai arus kas positif sesegera mungkin, supaya bisa bertahan 12 sampai 18 bulan ke depan.

“Satu-satunya cara bagi kami untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada modal eksternal adalah menjadi mandiri, menghasilkan cukup uang untuk semua kebutuhan dan proyek kami sendiri,” ujar dia.

Valuasi induk Shopee tersebut anjlok dari di atas US$ 200 miliar pada Oktober lalu 2021 menjadi hanya US$ 27 miliar. Tahun lalu, bisnis Sea Ltd didukung oleh layanan gim dan e-commerce.

"Nada mereka tidak pernah lebih pesimistis (dari ini)," kata analis utama di DZT Research yang berbasis di Singapura Ke Yan.

Menurutnya, strategi Sea Ltd menggunakan arus kas Garena untuk mengompensasi ‘bakar uang’ Shopee tidak berkelanjutan.

ShopeeFood dikabarkan menurunkan tarif minimum dan insentif mitra pengemudi
ShopeeFood dikabarkan menurunkan tarif minimum dan insentif mitra pengemudi (YouTube Bang Paunk)

Berdasarkan data iPrice, Shopee menempati urutan kedua dari sisi jumlah kunjungan ke situs web yakni 132,8 juta per bulan pada kuartal I. Disusul oleh Lazada 24,9 juta dan Bukalapak 23,1 juta per bulan.

Sedangkan posisi pertama ditempati oleh Tokopedia, yaitu 157,23 juta per bulan.

Namun per Agustus, Shopee kembali memimpin, sebagaimana terlihat pada Databoks di bawah ini:

Perusahaan hasil merger Gojek dengan Tokopedia, GoTo juga menggenjot efisiensi. Presiden GoTo Patrick Cao mengatakan, perseraon menjalankan strategi efisiensi untuk menekan beban pengeluaran. Salah satu caranya menekan biaya distribusi dan promosi.

Selain itu, perusahaan memanfaatkan teknologi yang lebih baik untuk promosi kepada merchant.

"Kami akan terus mengefisienkan pengeluaran, kami akan terus membangun ekosistem yang erat, antara lain penyamaan rewards untuk konsumen," kata Patrick dalam paparan publik perusahaan, pada Juni (10/6).

Tokopedia pun mengenakan biaya jasa aplikasi dan layanan Rp 1.000 per transaksi untuk pembelian barang online per Agustus. Head of External Communications Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menjelaskan, ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pengalaman pengguna.

Biaya jasa aplikasi tidak berlaku untuk transaksi produk keuangan, produk digital, TopAds, zakat dan donasi. Namun biaya ini tetap dikenakan untuk transaksi pembulatan emas, donasi atau pulsa yang disertakan dalam pembelian produk fisik.

Kemudian, biaya layanan dikenakan untuk setiap transaksi yang menggunakan metode pembayaran KlikBCA, BCA Klikpay, BRImo, CIMB Clicks, Jenius Pay, JakOne, LinkAja, Direct Debit BRI, OneKlik, Direct Debit Mandiri, dan OCTO Cash by CIMB Niaga.

Sedangkan Lazada memperkuat ekosistem dengan menyuntik modal startup fintech pembayaran DANA.

Selain itu, CEO Lazada Group James Dong menilai, e-commerce berkembang sangat cepat saat pandemi corona. “Kami menilainya, sedikit terlalu cepat,” kata James dalam diskusi terbatas di Lazada One, Singapura, tiga pekan lalu (1/9).

Menurutnya, hal itu terjadi karena konsumen beralih ke metode berbelanja digital selama pandemi corona. Setelah kasus Covid-19 menurun pun minat berbelanja di e-commerce tidak surut.

Namun di satu sisi, perusahaan teknologi akan berfokus pada keuntungan atau kerugian (profit and loss) di tengah kondisi makroekonomi saat ini. “Kami melihat kompetisi yang lebih bijaksana mulai saat ini hingga beberapa tahun ke depan karena perubahan makroekonomi,” katanya.

“Jadi, kompetisi tidak akan sehebat sebelumnya,” tambah James.

Lazada pun berfokus menggenjot keuntungan dan volume transaksi di tengah ancaman resesi dan tingginya inflasi. Selain itu, berfokus untuk tumbuh berkelanjutan.

Caranya, dengan mengembangkan bisnis dari sisi teknologi. Misalnya, Lazada menggunakan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) guna mempercepat pengiriman barang.

Petugas logistik Lazada
Petugas logistik Lazada (Lazada)

Lazada Suntik DANA

Lazada juga menyuntik DANA, yang kini berstatus unicorn. E-commerce Singapura ini pun mengkaji peluang memperluas layanan keuangan setelah investasi ini.

"Tidak hanya pembayaran lewat dompet digital, tetapi juga paylater atau beli sekarang bayar nanti," kata James.

"Bahkan, dalam jangka panjang, layanan keuangan lainnya seperti pinjaman untuk penjual," ujarnya.

Lazada masuk ke ekosistem DANA lewat putaran investasi bersama Sinar Mas. Selain itu, e-commerce ini membeli saham dari Elang Mahkota Teknologi (Emtek).

Emtek melepas kepemilikan saham di DANA kepada Lazadapay Holdings Pte Ltd. Nilai investasi penjualan saham US$ 304,5 juta atau sekitar Rp 4,51 triliun.

Penjualan saham dilakukan oleh Grup Emtek melalui anak usahanya, PT Kreatif Media Karya (KMK) atas saham PT Elang Andalan Nusantara (EAN).

EAN merupakan induk usaha PT Elang Sejahtera Mandiri (ESM) yang merupakan pemegang saham pengendali PT Espay Debit Indonesia Koe (Espay) atau DANA.

DANA pun kini menjadi unicorn. Rinciannya sebagai berikut:

Reporter: Lenny Septiani, Desy Setyowati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...