Ada Ancaman Resesi Global, Berikut Saran Investor untuk Startup
IMF, Bank Dunia, hingga JP Morgan melihat bahwa risiko resesi ekonomi global meningkat tahun depan. Investor dari kalangan modal ventura pun menyarankan startup untuk menyesiapkan dana atau cash flow.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani menilai bahwa startup harus menyiapkan tight cash flow plan. “Khususnya untuk satu sampai dua tahun ke depan,” katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (14/10).
Cash flow plan adalah rencana arus kas yang memungkinkan perusahaan merencanakan kas masuk dan keluar untuk memastikan dapat memenuhi pengeluaran. Aktivitas arus kas meliputi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Namun secara umum, Edward optimistis dengan investasi ke perusahaan rintisan di Indonesia. “Startup di sektor yang tepat dan bisa bertahan akan tetap mempunyai kesempatan,” katanya.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro. Menurutnya para pendiri startup perlu pintar mengelola arus kas.
“Itu supaya runway menjadi panjang,” katanya kepada Katadata.co.id. Dalam konteks startup, runway mengacu pada berapa lama perusahaan dapat bertahan di pasar, jika pendapatan dan pengeluaran konstan
Ia menegaskan bahwa investor akan lebih selektif dalam memberikan pendanaan. Maka, “startup harus bisa yakinkan bahwa perusahaannya memiliki path to profitability,” ujar Eddi.
Ancaman Resesi dan Dampakanya ke Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa kesulitan dan ketidakpastian tinggi mewarnai perekonomian tahun depan. Tak ada satupun kepala negara yang ditemuinya dalam sebulan terakhir memandang optimistis perekonomian pada 2023.
"Semua negara berada dalam posisi kesulitan. Arah ekonomi semakin sulit diprediksi," ujar Jokowi di UOB Economic Outlook 2023 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hal senada disampaikan oleh Bank Dunia, Dana Moneter Internasional atau IMF, Bank Pembangunan Asia atau ADB, Organisasi Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD, serta perusahaan investasi global JP Morgan.
Perang antara Rusia dan Ukraina dinilai memperburuk gangguan rantai pasok global, sehingga mendorong harga energi dan pangan naik semakin tinggi. Lonjakan inflasi pun terjadi di sejumlah belahan dunia, terutama di negara maju seperti Amerika Serikat dan kawasan Eropa.
Tekanan inflasi itu mendorong siklus pengetatan moneter yang semakin agresif di banyak negara. Kenaikan suku bunga berdampak pada melambatnya laju perekonomian.
Dari keempat negara dengan ekonomi terbesar dunia, dua di antaranya yakni Amerika Serikat dan Jerman, sudah mengalami koreksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut tahun ini.
Banyak negara yang mendefinisikannya sebagai resesi ekonomi. Namun AS tak merasa demikian.
Di AS, resesi secara resmi akan diumumkan oleh Biro Riset Ekonomi Nasional. Definisi resesi menurut lembaga ini berbeda dengan negara lain, yakni tanda-tanda bahwa pelemahan ekonomi meluas berupa PHK besar-besaran hingga perlambatan aktivitas sektor swasta.
Pemerintah Amerika hanya menyebut kontraksi di kuartal kedua lalu sebagai tanda-tanda perlambatan alih-alih resesi.
Sedangkan perekonomian Indonesia diperkirakan tidak ke jurang resesi. Hal ini terlihat dari sektor manufaktur yang kuat hingga konsumsi masyarakat yang masih terjaga.
Pemerintah optimistis dengan ekonomi domestik, meski memberikan gambaran suramnya perekonomian global. Ini terlihat dari target pertumbuhan ekonomi 5,3 % dalam APBN 2023 yang baru disahkan DPR pada Kamis (29/9).
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, perekonomian global bakal menghadapi ketidakpastian yang tinggi tahun depan. Berbagai gejolak ekonomi kemungkinan belum mereda pada 2023.
“Kami menyampaikan gambaran gejolak ekonomi global saat ini tidak untuk membuat kita khawatir dan gentar. Namun untuk memberikan sense bahwa gejolak perekonomian tahun ini maupun tahun depan harus dapat diantisipasi dan dikelola dengan hati-hati,” ujarnya.
Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution dan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga melihat kecil kemungkinan Indonesia jatuh ke jurang resesi. Pertumbuhan tahun ini dan tahun depan juga diramal masih kuat.
Indonesia juga tidak akan terkena dampak signifikan jika negara-negara utama seperti AS dan Eropa resesi. Alasannya, struktur ekonomi Indonesia separuhnya ditopang oleh konsumsi domestik.
Kondisi itu berbeda dengan Singapura yang banyak bergantung ke perdagangan internasional, sehingga negeri singa itu lebih rentan merasakan efek rambatan.