CEO Startup Javice, Masuk Forbes 30 dan Diduga Tipu JP Morgan
CEO startup Frank Charlie Javice diduga menipu JP Morgan US$ 175 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun. Ia masuk Forbes 30 Under 30 atau daftar anak muda berusia di bawah 30 tahun yang dinilai berhasil membuat terobosan.
Frank menyediakan perangkat lunak (software) yang memudahkan mahasiswa mengajukan bantuan keuangan.
JP Morgan mengakuisisi Frank US$ 175 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun pada September 2021. “Tujuannya, memperdalam hubungan perusahaan dengan mahasiswa,” kata petinggi kepada CNBC Internasional, akhir pekan lalu (13/1).
Saat itu, bank raksasa tersebut memuji Frank karena pertumbuhan yang sangat cepat. Aplikasi ini digunakan oleh lebih dari lima juta mahasiswa di 6.000 institusi.
JP Morgan bahkan menawarkan pendiri Frank, Javice untuk bergabung di perusahaan.
Namun JP Morgan Chase menutup situs web Frank pada Kamis lalu (12/1). Raksasa keuangan ini menuduh Javice membuat hampir empat juta akun pelanggan Frank palsu.
Hal itu diketahui setelah JP Morgan mengirimkan email pemasaran ke 400 ribu pelanggan Frank. Sekitar 70% email bounce back atau tidak dapat terkirim.
Bank tersebut pun mengajukan gugatan ke pengadilan federal bulan lalu. JP Morgan menuduh Javice membuat akun pelanggan palsu.
Siapa Javice yang Diduga Menipu JP Morgan?
Javice masuk daftar Forbes 30 Under 30 pada 2019. Orang-orang yang masuk dalam daftar ini dipilih dari 2.500 nominasi yang diajukan secara online.
Mereka diseleksi oleh tim cek fakta dan riset Forbes, sehingga menghasilkan 500 nama. Kemudian dikurasi lagi menjadi 300 nama.
Kriteria yang menjadi pertimbangan juri yakni:
- Nilai kepemimpinan
- Dampak
- Potensi sukses
- Perwujudan jiwa usaha yang sesuai dengan nilai-nilai Forbes
- Inovasi
- Disrupsi
- Ukuran dan pertumbuhan dari usaha
Javice mendirikan Frank pada 2016. Startup ini menawarkan perangkat lunak yang bertujuan mempermudah proses pengajuan pinjaman pelajar di Amerika Serikat.
Visi startup Frank yakni menjadi ‘Amazon untuk pendidikan tinggi’. Perusahaan rintisan ini didukung oleh miliarder Marc Rowan, investor utama Frank menurut Crunchbase.
Investor lain yang menyuntik modal Frank yakni Aleph, Chegg, Reach Capital, Gingerbread Capital, dan SWAT Equity Partners.
Pengacara Javice mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa JP Morgan membuat alasan untuk memecat dirinya akhir tahun lalu. “Untuk menghindari pembayaran utang jutaan dolar kepadanya,” kata dia.
Javice pun menggugat JP Morgan, dengan mengatakan bahwa bank tersebut harus mengajukan tagihan hukum yang dia keluarkan selama penyelidikan internal.
"Setelah mengakuisisi bisnis Javice, JPM menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja di bawah undang-undang privasi siswa, melakukan pelanggaran dan kemudian mencoba untuk mengubah kesepakatan," kata pengacara Alex Spiro kepada The Wall Street Journal.
Juru bicara JPMorgan Pablo Rodriguez menanggapi pernyataan pengacara Javice tersebut. “Tuntutan hukum kami terhadap Ms. Javice dan Mr. Amar (petinggi Frank lainnya) tercantum dalam pengaduan, bersama dengan fakta-fakta kuncinya,” katanya.
"Ms. Javice bukan whistleblower. Setiap perselisihan akan diselesaikan melalui proses hukum,” tambah dia.