Daftar E-Commerce Tutup di Indonesia Selain JD.ID dan Alasannya

Lenny Septiani
31 Januari 2023, 14:55
jd.id tutup, jd.id
Adi Maulana Ibrahim |Katadata
Aktivitas pekerja di Warehouse JD.ID, Marunda, Kabupaten Bekasi, Jumat (11/12/2020).

JD.ID tutup operasional pada 31 Maret dan menyetop penerimaan pesanan pada 15 Februari. Ada tujuh e-commerce lain yang menutup layanan atau bangkrut di Indonesia selama pandemi corona, sebelum JD.ID.

"Dengan sangat menyesal kami mengumumkan bahwa JD.ID akan setop menerima pesanan sejak 15 Februari," kata JD.ID dikutip dari laman resmi, Senin (30/1).

JD.ID merupakan perusahaan patungan atau joint venture (JV) JD.Com bersama dengan firma ekuitas asal Singapura, Provident Capital Partners, yang didirikan pada 2015.

Kabar JD.Com akan melepas operasional bisnis di Indonesia yakni JD.ID dan di Thailand beredar sejak bulan lalu. Kabarnya, ini bertujuan mengurangi kerugian di kawasan Asia Tenggara dan memperkuat operasional di Cina.

Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara pun menyampaikan, JD.ID tutup merupakan keputusan strategis dari JD.Com.

“Ini adalah keputusan strategis dari JD.Com untuk berkembang di pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara. Logistik dan pergudangan sebagai intinya,” kata Setya kepada Katadata.co.id, Senin (30/1).

JD.ID sudah melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK dua kali yakni pada Mei dan Desember 2022. Jumlah pegawai yang dipecat pada Mei 2022 tidak disebutkan. Sedangkan pada Desember 2022, JD.ID PHK 30% dari total atau sekitar 200 orang.

Perusahaan logistik yang berafiliasi dengan JD.ID yakni JDL Express lebih dulu menutup layanan pada 22 Januari. Selain itu, sudah menghentikan pendaftaran pengguna baru sejak 1 Januari.

“Layanan JDL Express Indonesia non aktif per 22 Januari,” demikian dikutip dari laman resmi JDL Express, minggu lalu (23/1).

Setidaknya ada delapan startup e-commerce, termasuk JD.ID, yang bangkrut atau tutup layanan di Indonesia sejak ada pandemi corona. Berikut daftar dan alasannya:

1. Fabelio

Startup Fabelio bangkrut pada Oktober 2022 dan sempat disebut-sebut tak bisa membayar gaji pegawai sejak akhir 2021. Pengguna Change.org atas nama karyawan pun membuat petisi pada Agustus 2021.

Petisi di Change.org itu mengumpulkan 3.160 tanda tangan per Desember tahun lalu. “Saya sudah lama bekerja di Fabelio di level 5. Terakhir saya mendapatkan gaji pada September 2021. Itu pun hanya 75%,” demikian dikutip dari laman Change.org atas nama karyawan Fabelio, tahun lalu(14/1/2022).

Namun ada penjelasan dari Fabelio terkait alasan penutupan layanan. Sedangkan startup e-commerce furnitur ini memperoleh pendanaan seri C US$ 9 juta pada 2020.

Total dana yang dihimpun oleh Fabelio US$ 20 juta atau sekitar Rp 300 miliar dari investor seperti AppWorks, 500 Startups, MDI Ventures.

2. Sorabel

Sorabel menutup layanan e-commerce busana pada Juli 2020. Perusahaan ini menyasar segmen menengah ke bawah. Namun, sebagian masyarakat pada segmen ini terpukul pandemi virus corona.

“Covid-19 menyerang pada titik paling rentan dalam strategi pendanaan dan menghancurkan basis pelanggan inti kami,” kata Co-Founder Sorabel Jeffrey Yuwono, dikutip dari e27, pada 2020 (27/8/2020).

Website, saluran media sosial, dan aplikasi Sorabel dihentikan oleh PT Sale Stock Indonesia dan dialihkan kepada PT Berrybenka.

3. Brambang

Startup penyedia platform kebutuhan pokok ini menutup layanan pada Mei 2022. “Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti  pada Jumat (27/5) Pukul 19.00 WIB,” kata Brambang melalui akun Instagram @brambangdotcom, tahun lalu (26/5).

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...