Ojol Mau Kerja Kantoran, Benarkah Driver Gojek hingga Grab Berkurang?
Riset menunjukkan 66% pengemudi ojek online dan kurir ingin bekerja sebagai ‘pekerja kantoran’. Benarkah mitra pengemudi ojol di platform seperti Gojek, Grab, Maxim, dan inDrive berkurang?
Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO) Taha Syafariel tidak memiliki data terkait jumlah pengemudi ojek online atau ojol. Namun ia mencatat, ada beberapa rekan yang membuka usaha atau kembali ke pekerjaan lama.
“Setahu saya semua aplikasi membuka pendaftaran, baik Gojek, Grab, Maxim dan inDrive,” katanya. Bahkan aplikator memberi iming-iming bonus kepada pengemudi ojek online atau ojol yang mengajak rekan atau temannya mendaftar.
Sedangkan Sekretaris Jenderal Perkumpulan Armada Sewa Indonesia (PAS INDONESIA) Wiwit Sudarsono mencatat ada penurunan jumlah pengemudi ojek online atau ojol. Meski tidak memerinci angkanya, menurutnya ini karena pendapatan berkurang.
Pendapatan Ojek Online Berkurang
Survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan, rata-rata pengemudi ojek online atau ojol bekerja 6 – 12 jam per hari. Sedangkan penghasilan mereka pas-pasan.
“Jam kerja didominasi 6 - 12 jam per hari (42,85%),” ujar Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno dalam keterangan pers, pada Oktober (9/10/2022).
Namun ia tidak memerinci data durasi jam kerja pengemudi ojol berikut persentasenya.
“Waktu operasi pengemudi ojek belum memperhatikan aspek kelelahan yang akan berpengaruh terhadap keselamatan,” tambah Djoko.
Survei itu juga menunjukkan, pengemudi ojek online atau ojol mencatatkan penurunan pesanan dari 5 – 10 per hari menjadi di bawah lima. Rincian pendapatan dan pengeluarannya sebagai berikut:
- 50,1% responden mendapatkan penghasilan Rp 50 ribu – Rp 100 ribu per hari
- 44,1% responden mengeluarkan biaya operasional Rp 50 ribu – Rp 100 ribu
Itu artinya, penghasilan yang mereka dapat hanya cukup untuk membayar bahan bakar hingga makan dan minum selama di lapangan. “Pendapatan per hari pengemudi hampir sama dengan biaya operasionalnya,” kata Djoko.
Rincian pendapatan pengemudi ojek online atau ojol sebagai berikut:
Hasil penelitian Mahasiswa Doktoral London School of Economic (LSE) Muhammad Yorga Permana terhadap 1.000 kurir dan pengemudi ojek online menunjukkan 66% dari mereka ingin menjadi pekerja kantoran.
Dua pertiga dari mereka mengungkapkan bahwa jika dapat memilih, mereka lebih memilih pekerjaan tradisional dengan jam kerja 9 sampai 5 daripada menjadi pengemudi ojek online. Ada tiga hal yang mendorong pengemudi ojek online atau ojol kini ingin menjadi pekerja kantoran:
- Janji terkait pendapatan dinilai tidak sesuai
- Jumlah pesaing atau pengemudi ojek online tumbuh signifikan
- Guncangan ekonomi akibat pandemi corona
Penelitian tersebut dilakukan terhadap ojol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 2021 - 2022.
Jumlah Driver Ojol Gojek dan Grab
Head of Region and External Affairs Gojek Gede Manggala mengatakan, perusahaan berfokus pada keseimbangan jumlah konsumen dan mitra pengemudi di suatu wilayah. “Jadi indikatornya itu supply dan demand,” kata dia dalam acara buka puasa bersama di kantornya, Jakarta, Rabu (5/4).
Gojek akan mengkaji jumlah mitra pengemudi taksi dan ojek online, serta besaran permintaan layanan di suatu kota. “Kalau kami catat kurang, maka kami buka pendaftaran baru,” katanya.
“Jadi yang menjadi perhatian kami yakni konsumen tidak boleh menunggu lama. Driver taksi dan ojek online juga tidak boleh kecewa karena persaingan ketat,” ujar Gede. “Basisnya kota per kota.”
Berdasarkan indikator itu, Gede menyampaikan bahwa pasokan mitra pengemudi ojek online atau ojol Gojek cukup.
Saat ini Gojek menggaet 2,6 juta mitra pengemudi taksi dan ojek online. Gede mengatakan perusahaan memberikan fleksibilitas kepada mitra pengemudi untuk mendapatkan tambahan penghasilan.
Berdasarkan data Gojek, driver taksi dan ojek online yang bergabung di platform beroperasi secara part time. Rinciannya sebagai berikut:
- 64% mitra pengemudi taksi online GoCar
- 55% mitra pengemudi ojek online GoRide
Sedangkan Grab tidak memerinci jumlah pengemudi taksi dan ojek online di Indonesia. Namun Grab dan lembaga riset Indikator menggelar survei terhadap 1.000 mitra pengemudi GrabBike di Medan, Palembang, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar selama 22 Februari hingga 15 Maret melalui wawancara tatap muka.
Penelitian dilakukan dengan metode random sampling. Tingkat kesalahan atau margin of error survei diperkirakan +/- 4.5% pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil survei tersebut yakni:
- 91,7% mitra pengemudi ojek online Grab menyebut kecil kemungkinan untuk pindah ke platform ojek online atau ojol lain
- 83,4% merasa mereka mendapatkan perhatian besar dari perusahaan
- 64% responden hanya bergantung pada pemasukan sebagai mitra pengemudi sebagai sumber pendapatan utama
- 85% responden merasa bangga menjadi mitra pengemudi Grab dan merekomendasikan Grab bagi mereka yang memiliki ketertarikan untuk jadi sopir ojek online atau ojol
- 89,3% responden merasa ada perbaikan dampak ekonomi
- 92,2% responden merasa ada keleluasaan dalam mengatur waktu kerja