Perusahaan Inggris dan Belanda Buat Pembangkit Listrik Arus Laut di RI
Perusahaan asal Inggris dan Belanda mengajukan proposal investasi pembangkit listrik tenaga arus laut. Fasilitas ini akan dibangun di laut Larantuka dan Laut Alor di Nusa Tenggara Timur serta arus laut di Selat Bali.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun telah menerima proposal pengajuan investasi perusahaan asal Inggris dan Belanda tersebut. “Ada dua atau tiga proposal yang masuk," kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana kepada wartawan di Ruang Sarulla Kementerian ESDM, Senin (19/9).
“Sedang dibahas di Kemenkomarves dan PLN,” tambah dia. Selain itu, “di Riau ada beberapa potensi kecil. Masih kami coba lihat,” katanya.
Dari beberapa proposal investasi yang diterima, pemerintah sepakat untuk membuat satu proyek percontohan dengan skala komersial. Proyek ini diharapkan bisa menghasilkan listrik 5 - 10 Mega Watt (MW).
Hal itu supaya daya setrum yang dijual sepadan dengan harga keekonomian proyek. "Pemerintah sepakat minimal ada satu proyek percontohan komersial," ujar Dadan.
Saat ini belum ada listrik yang dihasilkan dari energi arus laut. Alasannya, ada sejumlah kendala seperti aspek teknologi dan finansial. "Listrik dari arus laut masih nol, belum ada," ujar Dadan.
Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Badan Litbang Kementerian ESDM pada 2016 mengolah data kecepatan arus di sejumlah selat potensial di perairan Indonesia.
Kecepatan arus yang besar umumnya di sekitar Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kecepatannya berkisar dari 0,6 hingga 3,5 meter per detik.
Kecepatan arus lebih dari 2 meter per detik terdapat di Selat Pantar, Lombok, Toyapakeh, Larantuka, Alas, Molo, Sunda, dan Boleng.
Secara umum, tipe pasang surut (pasut) di perairan Indonesia adalah tipe pasut semidiurnal. Artinya, dalam satu hari terdapat masing-masing dua kali pasang dan surut.
Arus laut terkuat yang tercatat di Indonesia yakni di selat antara Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara. Kecepatannya 5 meter per detik.
“Arus laut berbeda dengan gelombang laut. Arus laut dipasang di dasar laut, seperti air mengalir. Gelombang kan terapung," ujar Dadan.