Setelah BKE, Induk Shopee Berpeluang Besar Masuk Bank Aladin

Image title
20 April 2021, 14:02
bank aladin, bank shopee, shoppe, sea group, sea bank
shopee
Ilustrasi platform Shopee

Target rencana Sea Group menambah koleksi banknya di Indonesia semakin mengerucut. Induk Shopee yang berbasis di Singapura itu dikabarkan tengah menjalani proses mengakuisisi Bank Aladin Syariah. Aksi korporasi ini dilakukan seiring dengan rencana Bank Aladin menambah permodalannya lewat penerbitan saham baru dalam waktu dekat ini.

Sumber Katadata.co.id di kalangan investor mengatakan, PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) yang sudah bersalin nama ke Bank Aladin memang menjadi magnet dan incaran para investor, khususnya perusahaan digital dan e-commerce. Sebab, bank kecil bermodal di bawah Rp 1 triliun dan memposisikan diri sebagai bank digital tersebut belum memiliki beban kredit bermasalah.

Advertisement

Dua calon investor baru yang kerap disebut-sebut meminati Aladin adalah Sea Group dan Grab bersama OVO. Belakangan ini, menurut tiga sumber Katadata.co.id, peluang Sea mengakuisisi Aladin dikabarkan lebih besar.  

Sebagai langkah awal, Sea sudah membeli saham Aladin melalui entitas lain di bursa saham. "Tapi saham yang dibeli tentu di bawah 5% dari total saham sehingga identitasnya tidak muncul ke publik," kata seorang sumber, beberapa hari lalu. 

Tak cuma itu, informasi yang dihimpun Katadata.co.id menyebutkan, Sea melalui Shopee tengah memfinalisasi kerja sama strategis dengan Aladin. Sebagai mitra strategis, Sea tentunya perlu melakukan penyertaan modal ke bank tersebut. "Kerja samanya tentu antara Shopee sebagai e-commerce dan Aladin yang menyediakan layanan keuangan digital." 

Bank digital
 

Hingga berita ini ditulis, belum diperoleh konfirmasi dari manajemen Sea Group. Direktur Utama Bank Aladin Syariah Dyota Marsudi juga belum merespons upaya konfirmasi dari Katadata.co.id.

Sedangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku belum menerima laporan terkait rencana Sea masuk ke Bank Aladin melalui proses penerbitan saham baru. “Belum (ada informasi yang disampaikan). Mereka (Sea Group) mungkin memiliki wacana," kata Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo, Senin (19/4).

Sea Perlu Tambah Koleksi Bank

Sejak tahun lalu, Sea Group sebenarnya telah mengakuisisi dan memiliki PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE). Tahun ini, namanya diubah menjadi PT Bank Seabank Indonesia alias Seabank. 

Seorang eksekutif di kelompok usaha Sea pernah menyatakan, Sea Group memang tengah mengembangkan satu sayap bisnis layanan keuangan dengan payung Sea Money. Payung ini menaungi dua layanan, yaitu bank digital termasuk Seabank (BKE) dan dompet digital seperti ShopeePay.

Setelah menjadi pengendali dan pemilik mayoritas saham BKE, Sea Group masih berencana menambah koleksi banknya. Informasi yang beredar di kalangan bankir, OJK meminta investor baru yang membeli mayoritas saham bank di atas ketentuan, maka harus bersedia membeli lebih dari satu bank. Tujuannya untuk mempercepat konsolidasi dan merampingkan jumlah bank.

Hal itu mengacu kepada aksi akuisisi PT Bank Central Asia Tbk (BCA) terhadap Bank Royal dan Rabobank pada 2019 lalu. BCA pun resmi mengakuisisi seluruh saham Bank Interim Indonesia, yang sebelumnya bernama Rabobank International Indonesia, pada September 2020 lalu.

Karena itulah, Sea perlu segera menambah koleksi banknya. Alasan lain adalah memiliki bank yang sudah menjadi perusahaan publik dna tercatat di bursa saham. Tujuan ke depannya adalah memudahkan perusahaan untuk melakukan aksi korporasi atau penggalangan dana selanjutnya.

Alhasil, Sea Group kerap dikaitkan dengan beberapa nama bank kecil bermodal di bawah Rp 1 triliun yang tercatat di bursa saham. Sempat beredar kabar penjajakan Sea untuk mengakuisisi PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA). Namun, kabar terkini, proses penjajakan itu belakangan surut.

Sea juga santer disebut-sebut membidik PT Bank Capital Tbk (BACA). Apalagi bank tersebut sedang berbenah dan dikabarkan bakal menjadi bank digital. Mantan Director of Enterprise Payment OVO, Haryanto Gunawan, direkrut ke Capital Net. Ini merupakan bagian dari Capital Group milik pengusaha asal Solo, Danny Nugroho.

Grup Capital memiliki Bank Capital, Capital Life, Capital Asset Manajemen, dan Tokomodal. Per September 2020, modal inti BACA sebesar Rp 1,24 triliun. Bank ini berencana menerbitkan saham baru untuk meningkatkan modal pada semester II tahun ini dengan target dana Rp 2 triliun.

Daya Tarik Bank Aladin 

Kabar bakal masuknya Sea Group ke Bank Aladin sejalan dengan rencana bank tersebut untuk menambah modal  dan mewujudkan visinya sebagai bank digital. Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, total modal inti bank yang merupakan reinkarnasi dari unit usaha syariah Maybank ini sebesar Rp 651,29 miliar. Jumlahnya di bawah modal minimum yang disyaratkan oleh OJK per akhir 2020 sebesar Rp 1 triliun.

Pada 1 Februari tahun ini, Bank Aladin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan meraih dana segar Rp 515 miliar. Modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan pasca-IPO tersebut menjadi Rp 1,32 triliun. Sedangkan OJK mensyaratkan modal minimum bank setelah akhir 2021 di atas Rp 2 triliun dan menjadi di atas Rp 3 triliun pada tahun 2023. 

Alhasil, Bank Aladin perlu menambah modalnya lagi pada tahun ini. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Aladin pada 7 April lalu, sebenarnya ada agenda persetujuan penambahan modal dengan cara menerbitkan saham baru (rights issue). Namun, agenda tersebut batal dibahas.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement