Rupiah Melemah karena Isu Bank Sentral AS Percepat Tapering Off

Abdul Azis Said
1 Desember 2021, 09:42
dolar as, rupiah, the fed, bank sentral as, tapering off
ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/rwa.
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1/2021).

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,03% ke level Rp 14.336 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini (1/12). Kurs Garuda melemah setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengeluarkan pernyataan yang mengindikaskan percepatan tapering off atau pengurangan stimulus moneter.

Dikutip dari Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 14.357 pada Pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin Rp 14.332 per dolar AS.

Advertisement

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah 0,25%. Begitu juga peso Filipina 0,09% dan India Rupee 0,1%.

Sedangkan dolar Singgapura menguat 0,04%, won Korea Selatan 0,55%, yuan Cina 0,03%, ringgit Malaysia 0,07% dan bath Thailand 0,19%. Hanya dolar Hong Kong dan dolar Taiwan yang stagnan.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah kembali melemah di rentang Rp 14.350 - Rp 14.400 per dolar AS. Namun dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.300 per dolar AS.

Sentimen pelemahan yakni rencana bank sentral AS, The Fed mempercepat tapering off. "Pernyataan Gubernur The Fed di depan Senat AS semalam cenderung mendukung percepatan tapering ini mendorong penguatan dollar AS," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (1/11).

Jerome Powell mengungkap bahwa The Fed akan mendiskusikan rencana percepatan tapering off dalam pertemuan pembuat kebijakan 14 - 15 Desember. Bank sentral memulai tapering off berupa pengurangan pembelian aset sejak akhir November dengan besaran US$ 15 miliar dari pembelian rutinnya US$ 120 miliar.

Pengurangan pembelian akan konsisten dikurangi US$ 15 miliar per bulan. Jika tidak ada perubahan, maka tapering off bakal selesai sekitar Juni 2022.

Tetapi dengan adanya sinyal percepatan ini, tapering off berpotensi selesai lebih cepat di musim semi tahun depan.

Ia mengatakan, ada tekanan inflasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, The Fed mempertimbangkan untuk menyelesaikan pembelian aset beberapa bulan lebih cepat.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement