BI Akan Tarik Likuiditas Bank, Rupiah Diramal Perkasa
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,08% ke level Rp 14.353 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini. Meski begitu, mata uang Garuda ini diramal berbalik menguat karena langkah normalisasi kebijakan moneter domestik.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat ke Rp 14.348 pada Pukul 09.15 WIB. Namun ini belum kembali ke level penutupan kemarin di Rp 14.341 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah. Dolar Taiwan terkoreksi 0,14%, dolar Hong Kong dan won Korea Selatan masing-masing 0,03%, peso Filipina 0,2%, rupee India 0,1%, yuan Cina 0,04%, ringgit Malaysia 0,07% dan bath Thailand 0,22%.
Sedangkan dolar Singapura dan yen Jepang menguat masing-masing 0,06% dan 0,18%.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan rupiah menguat di kisaran Rp 14.315 per dolar AS. Ini dengan potensi pelemahan di Rp 14.370.
Sentimen penguatan hari ini dipengaruhi oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang mulai menormalisasi kebijakan moneter.
"Pasar menyambut positif sinyal yang diberikan oleh BI dalam merespons ketidakpastian pasar, terutama potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah, dengan mulai melakukan normalisasi moneter melalui kenaikan giru wajib minimum (GWM) secara berkala," kata Rully kepada Katadata.co.id, Jumat (21/1).
BI mengumumkan dua langkah untuk memitigasi dampak rentetan dari normalisasi moneter di negara maju. Caranya yakni memperkuat kebijakan nilai tukar dan memulai normalisasi kebijakan likuiditas perbankan.
Normalisasi likuiditas dilakukan dengan menaikkan secara bertahap Giro Wajib Minimum rupiah. GWM untuk Bank Umum Konvensional (BUK) 3,5% saat ini akan naik menjadi: