Kantor Advokat AHP Sebut Tak Terlibat Investasi Telkomsel di GoTo
Kantor Advokat Assegaf Hamzah & Partners (AHP) menyatakan, tidak terlibat dalam transaksi investasi Telkomsel di Gojek, bagian dari GoTo. Co-founder sekaligus Partner AHP Chandra M Hamzah pun menjabarkan kronologi terkait transaksi ini.
“Penting sekali untuk diketahui bahwa Kantor Advokat Assegaf Hamzah & Partner (AHP) sama sekali tidak terlibat dalam transaksi tersebut,” kata Chandra dalam pernyataan resmi yang diterima Katadata.co.id, Minggu (22/5).
“Oleh karena itu, penyebutan nama Kantor Advokat AHP dan dikaitkan dengan investasi Telkomsel pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek), sama sekali tidak berdasar. Begitu pula dengan penyebutan Bono Daru Adji, komisaris dan ketua komite audit PT Telkom Tbk,” tambah dia.
Ia menjelaskan, Perjanjian Pinjaman Konversi dan Perjanjian Opsi ditandatangani oleh para pihak pada 16 November 2020. Data ini merupakan data publik yang tercantum dalam prospektus GoTo.
Sedangkan Bono Daru Adji baru menjadi Komisaris PT Telkom Tbk, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada 28 Mei 2021.
“Berdasarkan Anggaran Dasar PT Telkom Tbk, transaksi semacam itu tidak memerlukan persetujuan dewan komisaris,” kata Chandra. “Perlu juga dipahami bahwa suatu keputusan dewan komisaris harus diputuskan oleh komisaris sebagai suatu dewan, bukan perseorangan.”
Kemudian, Gojek dan Tokopedia melakukan merger pada tahun lalu. Kemudian entitas gabungan keduanya yakni GoTo mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO) tahun ini.
“Memang, Kantor Advokat AHP memberikan jasa hukum atas kedua hal tersebut,” kata dia.
“Apakah dibolehkan Kantor Advokat AHP memberikan jasa hukum dalam rangka merger antara Gojek dan Tokopedia. Kemudian dilanjutkan dengan IPO? Jawabannya, iya,” ujarnya.
Menurutnya, hal itu bukanlah benturan kepentingan atau conflict of interest, baik berdasarkan Undang-undang (UU) Pasar Modal, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun Standar Profesi.
Sedangkan investasi Telkomsel ke Gojek disorot publik ketika PT Telkom Indonesia Tbk mengumumkan laporan keuangan. Telkom melaporkan jumlah kerugian yang belum direalisasi pada investasi saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) per 31 Maret 2022 tercatat Rp 881 miliar.
Hal itu tercantum dalam laporan keuangan Telkom kuartal I. Laporan ini disajikan sebagai kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi anak usaha Telkom, Telkomsel, pada Goto, dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Di sisi lain, harga saham GOTO juga terus merosot hingga 42,6% ke level Rp 194 dari harga IPO yakni Rp 338.
Pujo Pramono Vice President Corporate Communication Telkom Indonesia mengatakan, ketika Grup Telkom mengambil langkah untuk berinvestasi di suatu perusahaan, tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek keuntungan atau kerugian modal (capital gain/loss), tetapi juga mempertimbangkan aspek yang lebih luas lagi.
"Seperti sinergi dalam upaya membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar, yang salah satunya melalui investasi Telkom Group di GoTo," ujar Pujo kepada Katadata.co.id, pekan lalu (17/5).
Terkait dinamika harga saham, menurutnya hal itu sangat mungkin. Harga saham bisa turun dalam, tetapi bisa juga melonjak cukup tinggi sesuai dengan kondisi pasar, baik itu global maupun regional.
"Naik turunnya harga saham ini dipercaya akan membuat potensi capital gain ataupun capital lost. Hal ini merupakan suatu yang lazim terjadi," ujarnya.
Sedangkan Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menegaskan, kebijakan Grup Telkom berinvestasi di GoTo mempertimbangkan banyak aspek. Salah satunya, sinergi dalam upaya membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar.
"Di GoTo, kami tidak hanya investasi, tapi ada beberapa potensi sinergi," kata Ririek dalam wawancara khusus dengan Katadata.co.id di Gedung Telkom Landmark Tower, Jakarta, Selasa (17/5).
Ririek mencontohkan, Grup Telkom memperoleh pendapatan ratusan miliar pada 2021 dari pelanggan baru mitra pengemudi Gojek melalui pembelian paket data Telkomsel untuk mitra.
Sebelum adanya sinergi, ada sekitar 40% dari total 2,5 juta mitra pengemudi yang belum menggunakan provider Telkomsel.
Ririek meyakini potensi sinergi Grup Telkom dengan berinvestasi di GoTo nilainya lebih besar dari jumlah investasi perusahaan. "Potensi sinergi value dengan GoTo justru lebih besar dari nilai yang sudah diinvestasikan Telkom Group," katanya.