BI Ancam Eksportir jika Tak Parkir Devisa di Dalam Negeri
Bank Indonesia (BI) kembali memberlakukan sanksi untuk eksportir ‘bandel’ yang tidak memarkirkan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri. Sanksinya 0,5% dari nilai DHE dan penangguhan layanan.
Sanksi denda diterapkan untuk eksportir sumber daya alam (SDA). Sedangkan penangguhan layanan ekspor berlaku bagi eksportir non-SDA.
"Bersama Kemenkeu dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), sanksi bagi DHE ke dalam negeri terus kami perkuat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara daring, Kamis (22/9).'
Ketentuan soal pemberian sanksi DHE sebetulnya terbit pada 2019. Penerapannya ditunda karena alasan pandemi COvid-19.
Namun Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, sanksi DHE kemudian diterapkan kembali tahun ini. Sanksinya dibagi menjadi dua jenis yaitu:
- Bagi eksportir SDA berupa penyampaian hasil pengawasan BI. Tindak lanjut pemberi sanksi dilakukan oleh kementerian terkait
- Bagi eksportir non-SDA berupa penangguhan ekspor
“Sejak awal tahun ada sejumlah eksportir baik SDA dan non-SDA yang sudah terkena sanksi,” ujar Juda.
Temuan BI sejauh ini yaitu eksportir ‘bandel’ yang ternyata belum membuka rekening. Padahal, eksportir SDA wajib menempatkan DHE ke rekening khusus berbentuk giro, tabungan atau lainnya yang dapat dipakai untuk transaksi.
Sedangkan DHE dari non-SDA disetorkan langsung ke bank.