Transaksi GoTo Meroket Jadi Rp 161 Triliun, Kerugian Susut
GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) mencatatkan peningkatan nilai transaksi alias gross transaction value (GTV) 33% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 161 triliun pada kuartal III. Kerugian EBITDA pun susut 11% menjadi Rp 3,7 triliun.
Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo menjelaskan, perseroan mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mempercepat pencapaian target-target pertumbuhan dan profitabilitas.
“Hasilnya, perseroan mencatatkan pertumbuhan secara konsisten,” kata Jacky dalam keterangan pers, Senin (21/11). Pendapatan bruto GoTo pun tumbuh 30% yoy.
Rincian kinerja keuangan GoTo sebagai berikut:
- Lini on-demand: GTV tumbuh 24% yoy menjadi Rp 15,7 triliun. Transaksi taksi dan ojek online tumbuh 111%. Pemulihan 94% dibanding tingkat pra-pandemi Covid-19.
- E-Commerce: GTV naik 15% yoy menjadi Rp 69,9 triliun
- Fintech: GTV naik 78% yoy menjadi Rp 97,1 triliun
Pertumbuhan lini bisnis fintech disebabkan oleh upaya perusahaan memperdalam penetrasi dompet digital GoPay ke seluruh ekosistem dan mendorong peningkatan penggunaan (usecase).
“Jumlah pengguna yang menggunakan GoPay di platform Gojek dan Tokopedia mencapai titik tertingginya pada kuartal III,” ujar perusahaan. Utamanya untuk berbelanja dalam ekosistem GoTo.
Penetrasi pengguna GoPay mencapai 60% di Gojek dan 58% di Tokopedia. Masing-masing meningkat 5% dan 6% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qtq).
Namun, nilai transaksi pada merchant payment tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan consumer payments. Ini mengakibatkan penurunan take rate gabungan (blended).
Tingkat penggunaan GoPay meningkat. GTV per pengguna naik 47% yoy.
Produk pinjaman konsumen juga melonjak. “Sejak peluncuran produk pembiayaan berbasis cicilan, GoPayLater Cicil di Tokopedia, pada Juli. Perseroan melakukan whitelisting kepada sekitar empat juta konsumen,” kata GoTo.
Perusahaan menyatakan akan terus meningkatkan penyediaan pinjaman menuju tahun depan. Namun dengan mempertahankan prinsip kehati-hatian, mempertimbangkan siklus kredit dan kondisi makroekonomi.