Rupiah Perkasa ke Level Rp 15.500/US$ Usai AS Rilis Data Upah Pekerja
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 53 poin ke level Rp 15.580 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini. Ini terjadi setelah rilis data Purchasing Managers Index atau PMI sektor jasa Amerika yang terkontraksi dan laporan pertumbuhan upah pekerja yang di bawah ekspektasi.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melanjutkan penguatan ke arah Rp 15.565 pada Pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan akhir pekan lalu Rp 15.633 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya kompak menguat kecuali rupee India. Rinciannya sebagai berikut:
- Yen Jepang menguat 0,39%
- Dolar Hong Kong menguat 0,01%
- Dolar Singapura menguat 0,55
- Dolar Taiwan menguat 0,53%
- Won Korsel menguat 1,68%
- Peso Filipina menguat 0,82%
- Yuan Cina menguat 0,46%
- Ringgit Malaysia menguat 0,67%
- Baht Thailand menguat 0,54%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah menguat pada pembukaan perdagangan pekan ini di tengah rilis beberapa data ekonomi AS yang memburuk.
Rupiah diprediksi menguat ke arah Rp 15.550, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.630 per dolar AS.
"Data ekonomi yang tidak terlalu bagus bisa memaksa Bank Sentral AS untuk memperlambat kenaikan suku bunga acuan dan ini mendorong pelemahan dolar AS," kata Ariston dalam catatan, Senin (9/1).
Data yang dimaksud yakni:
1. Aktivitas industri jasa AS pada Desember terkontraksi untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun terakhir, karena melemahnya permintaan
Sektor jasa menyumbang dua pertiga dari perekonomian Amerika Serikat. Di luar masa pandemi, indeks PMI sektor jasa yang turun ke 49,6 merupakan rekor terendah sejak akhir 2009.
2. Data ketenagakerjaan AS yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan bahwa rata-rata penghasilan per jam naik 4,6% dibandingkan akhir 2021
Kenaikan itu di bawah ekspektasi pasar 5%. Ini akan memengaruhi inflasi di AS yang melonjak setahun terakhir, salah satunya kenaikan upah pekerja.
Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan nilai tukar rupiah menguat terimbas memburuknya data PMI sektor jasa AS. Data ini bakal memperlemah dolar AS dan imbal hasil obligasi AS.
Ia memprediksi, rupiah bergerak di rentang Rp 15.500 - Rp 15.650 per dolar AS.
"Sebelumnya data upah AS juga mengalami penurunan, meredakan kekhawatiran tekanan inflasi dari sektor tenaga kerja," kata Lukman dalam catatannya.