Bank Dunia Bawa Kabar Baik Ekonomi Indonesia 2023
Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 4,8%. Ini dinilai cukup solid, meski melambat dari perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 5,2%.
Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun ini dinilai tidak separah negara lain di kawasan. Proyeksi pertumbuhan 4,8% juga lebih tinggi ketimbang Cina.
Prospek pertumbuhan Indonesia tahun ini relatif tidak berubah dari laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) Desember 2022. Namun lebih rendah 0,5 poin dari laporan Global Economic Prospects (GEP) edisi Juni 2022.
Pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan 4,9%. Maka, rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan 4,9%.
"Hanya sedikit lebih lambat dibandingkan 2022. Ini mencerminkan pelemahan namun tetap kuatnya pengeluaran swasta," demikian isi laporan GEP edisi Januari 2023, dikutip Rabu (11/1).
Bank Dunia menilai, fundamental makro ekonomi yang sehat dan reformasi struktural, termasuk di bidang kebijakan dan administrasi perpajakan membuat kepercayaan diri pelaku usaha diperkirakan tetap solid.
Pemerintah memang telah mereformasi sejumlah aturan perpajakan lewat UU 7 tahun 2021 tentang harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).
Rincian proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan negara lain sebagai berikut:
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 diperkirakan lebih lebih tinggi ketimbang Cina yang hanya 4,3%. Hal ini karena Tiongkok menghadapi tekanan pandemi Covid-19 dan berlanjutnya masalah di sektor real estate.
- Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini juga tidak akan seburuk Malaysia. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Malaysia 2023 diturunkan jauh dari 7,8% menjadi hanya 4%.
- Pertumbuhan ekonomi Vietnam diperkirakan melambat hampir satu poin, yakni dari sebelumnya diramal 7,2% menjadi 6,3%
- Proyeksi pertumbuhan ekonomi Filipina turun dari 7,2% menjadi 5,4%
- Proyeksi pertumbuhan ekonomi Thailand justru naik 0,2 poin menjadi 3,6%, karena pemulihan sektor transportasi dan pariwisata yang tertunda.
- Pertumbuhan ekonomi global melambat 1,2 poin menjadi 1,7%. Bank Dunia menyebut ini merupakan laju pertumbuhan terlemah ketiga dalam hampir tiga dekade terakhir.
"Mencerminkan pengetatan kebijakan sinkron yang ditujukan untuk menahan inflasi yang sangat tinggi, kondisi keuangan memburuk, dan gangguan lanjutan dari invasi Rusia ke Ukraina," demikian isi laporan.
Bank Dunia menyebut guncangan negatif lebih lanjut seperti inflasi lebih tinggi, kebijakan lebih ketat, tekanan di pasar keuangan akan membuat ekonomi utama dunia semakin melemah.
Lembaga berbasis di Washington DC itu mengingatkan perlunya upaya global mendesak untuk memitigasi risiko resesi dan kesulitan utang di negara emerging market dan berkembang.