Permintaan Layanan Transportasi Grab Mulai Naik Tapi Belum Normal

Desy Setyowati
23 Juni 2020, 11:00
grab
Katadata
Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi

Pendapatan pengemudi taksi dan ojek online anjlok akibat pandemi coronaGrab pun menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga pendapatan mitra, khususnya menjelang fase normal baru (new normal).

Salah satu caranya dengan menerapkan program Grab Protect. Perusahaan menyediakan hand sanitizer, masker, hairset, partisi hingga stasiun sanitasi untuk disinfeksi kendaraan. Tujuannya, agar mitra pengemudi bisa mengangkut penumpang, dengan tetap berupaya mencegah penularan virus corona.

Grab pun menyediakan dana khusus untuk penanganan pandemi corona. “Alokasi yang disiapkan Rp 260 miliar di Indonesia,” kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi saat wawancara khusus secara virtual dengan Desy Setyowati dari Katadatada.co.id pada Jumat lalu (12/6).

(Baca: Strategi Grab Jaga Pendapatan Mitra Pengemudi di Tengah Pandemi Corona)

Dalam wawancara sekitar 30 menit itu, petinggi Grab ini menjabarkan apa saja yang disiapkan melalui Grab Protect. Selain itu, upaya perusahaan menjaga pendapatan mitra pengemudi selama pandemi dijabarkan secara rinci.

Apa saja yang disiapkan Grab dalam menerapkan protokol kesehatan saat memasuki normal baru?

Yang kami lakukan ada beberapa hal. Pertama, kami mengedukasi para mitra pengemudi bagaimana menghadapi Covid-19 dan new normal. Untuk GrabCar sudah kami lakukan cukup lama, dari awal pandemi. Kami membagikan hand sanitizer, masker, mengajarkan cara mencuci mobil. Kami juga membuat stasiun sanitasi untuk mobil dan juga memasang protection atau pembatas antara driver dan penumpang. Juga memastikan driver selalu menggunakan hand sanitizer.

Untuk GrabBike, prosedurnya sama. Hand sanitizer, masker. Saat PSBB yang untuk delivery, karena kan belum bisa antar penumpang. Sekarang, agar bisa mengantar penumpang dan merasa aman, kami buat pembatas. Ini supaya mitra dan penumpang juga aman.

Untuk GrabBike kami tambahkan, helm-nya harus bersih. Untuk GrabBike driver, package-nya ada tambahan hairnet. Sebenarnya kami mengimbau sesuai arahan pemerintah bahwa penumpang membawa helm. Tapi jika terpaksa dan oke pakai helm dari driver, mereka pakai hairnet.

(Baca: Bisa Angkut Penumpang, Pendapatan Pengemudi Ojek Online Naik 30%)

Jadi kami melihat secara detail. Kami berikan disinfektan supaya mereka selalu mencuci motornya sendiri setiap hari. Tetapi mereka juga bisa datang ke stasiun disinfektan yang kami siapkan di 21 di Jakarta dan 40 di seluruh Indonesia.

Mereka juga harus self declaration. Lalu mereka mengisi, oh pagi ini sebelum mulai, temperatur saya berapa? Itu setidaknya membantu, oh orang sumeng atau tidak. Kalau mereka tidak melakukan self declaration, mereka tidak bisa mulai, tak bisa nge-bid untuk mulai harinya. Jadi itu hal yang kami masukan untuk bagian dari Grab Protect. Kami random check setiap hari, panas atau tidak. Kalau panas, mereka diminta pulang, ke dokter.

Ada cara pengawasan lainnya?

Penumpang juga mengawasi driver, begitu sebaliknya. Artinya, kalau driver lihat penumpangnya nggak pakai masker, dia bisa menolak untuk mengantar. Kalau memaksa, driver bisa membatalkan tanpa ada pinalti.

Begitu juga penumpang. Dia bisa bilang, driver nomor sekian tidak pakai masker jadi dibatalkan. Kalau bandel, di tengah jalan dicopot, penumpang bisa kasih tahu. Karena pengawasan itu harus dilakukan bersama-sama, nggak mungkin hanya kami saja.

(Baca: Pecat 360 Pegawai, Bos Grab Janji Tak Ada PHK Lagi Tahun Ini)

Lalu, ada tambahan lain, driver harus gunakan masker dan selfie. Pertama, dia selfie tanpa masker, untuk tahu dia ini benar-benar pengemudinya. Lalu selfie dengan masker. Jadi banyak prosedur dan antisipasinya.

Kami sebagai Grab, safety nomor satu. Kami tidak kompromi keamanan. Ini untuk memastikan penumpang dan driver merasa nyaman. Kami juga tidak mau menjadi sarana penularan.

FASILITAS SEPARATOR KENDARAAN DARING
Fasilitas separator antara pengemudi dan penumpang GrabCar di tengah pandemi Covid-19. (ANTARA FOTO/Maulana Surya/wsj.)

Ada kesulitan untuk memastikan mitra pengemudi mematuhi protokol itu?

Ini hal yang baru untuk jadi kebiasaan. Segala sesuatu yang baru itu tidak mudah. Kami dari pihak Grab tidak henti-hentinya komunikasi, training driver setiap dua minggu sekali, untuk mengganti hand sanitizer, dan lainnya.

Semua harus berkelanjutan. Tidak bisa sekali, langsung ingat. Akibatnya kalau tidak mematuhi untuk diri sendiri dan penumpang, bagaimana? Ini adalah upaya kami. Selain training dan lainnya, kami juga random check. Kita kan tidak tahu kalau tiba-tiba terkena random check, bukan satu-dua, tetapi ribuan. Kami memastikan mereka memakai atribut, kalau tidak, susah kalau dia tak pakai jaket.

Jumlah tim random check berapa?

Yang dicek ribuan. Cek random ada yang di pangkalan-pangkalan.

Dari proyeksi Grab, dengan new normal apakah layanan transportasi akan menurun atau permintaan akan banyak?

Sebenarnya begini, kan sekarang baru beberapa hari, baru di Jakarta. Apakah sudah kembali normal? Yang pasti tidak. Mal dan sekolah juga belum buka. Kantor-kantor juga banyak sekali yang memberlakukan work form home, kalau pun masuk maksimal 50%. Jadi realitasnya apakah kembali normal? Tidak. Tapi apakah meningkat, iya naik lagi.

(Baca: Grab Klaim Kucurkan Rp 625,6 Miliar Bantu Pengemudi Terdampak Pandemi)

Jadi, tergantung dari apakah benar-benar new normal seperti apa. Kalau dari Grab, kami selalu berusaha memastikan, yang perlu menggunakan transportasi online itu aman baik driver maupun penumpang. Itu yang selalu kami pikirkan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...