E-Commerce Berkontribusi 20% dari Total Penjualan Barang Konsumsi
Perusahaan teknologi Sirclo mencatat, platform e-commerce berkontribusi hingga 20% terhadap total penjualan produk konsumsi (fast moving consumer goods/FMCG) di 2018. Porsinya diprediksi akan meningkat pada tahun ini.
Pendiri sekaligus CEO Sirclo Brian Marshal mengatakan, beberapa perusahaan FMCG menargetkan kontribusi e-commerce terhadap penjualan hanya 1%. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut mencatat bahwa kontribusi e-commerce terus meningkat.
Alhasil, mayoritas dari mereka menargetkan kontribusi e-commerce mencapai 10% terhadap total penjualan. "Ini menandakan pertumbuhan 10 kali lipat (kontribusi e-commerce) dibanding dua tahun lalu," kata Brian dalam siaran pers, Kamis (14/2).
Setidaknya ada tiga cara yang ditempuh perusahaan FMCG untuk meningkatkan penjualan melalui e-commerce. Pertama, meningkatkan efektivitas pengadaan produk. Caranya, dengan memperkuat pengaturan stok, pengendalian kualitas, serta mengunggah koleksi baru secara reguler di e-commerce.
(Baca: Shopee Kaji Ekspor Produk Lokal ke Enam Negara)
Kedua, perusahaan FMCG harus membuat berbagai target atas aktivitas pemasaran ke konsumen di marketplace yang berpotensi untuk menjadi calon pelanggan. Perusahaan FMCG bisa mengoptimalkan upaya promosi di marketplace dengan menggunakan aset digital, seperti iklan banner, newsletter, media sosial, dan berbagai diskon.
Ketiga, perusahaan FMCG harus membangun layanan pembeli (Customer Service/CS) tersendiri. Melalui layanan pelanggan secara online ini, perusahaan dapat menanggapi pertanyaan dan memberi pengalaman belanja yang memuaskan bagi para pelanggan. "Memberi rasa puas adalah bagian penting dalam strategi menjaga loyalitas pelanggan,” katanya.
Di samping itu, ia mencatat ada beberapa tantangan yang dihadapi perusahaan FMCG dalam berjualan di e-commerce. Hambatan ini harus diatasi supaya kontribusi e-commerce ke penjualan bisa maksimal.
(Baca: Kontribusi E-Commerce ke PDB Diproyeksi Rp 2.305 Triliun pada 2030)
Meski begitu, PepsiCo Head of Trade Marketing and E-Commerce Fransiscus Kurniawan mengatakan, bahwa perusahaan FMCG menghadapi tiga tantangan besar ketika merambah ke e-commerce. Pertama, terkait Sumber Daya Manusia (SDM).
Menurutnya, butuh minimal lima orang yang bertugas sebagai Key Account, Store Operator, Customer Service, Logistic & Inventory, dan Graphic Designer untuk menjalankan unit e-commerce. "Ini semua membutuhkan investasi yang sangat besar dari awal," ujar dia.
Sementara, jumlah talenta yang piawai dan berpengalaman di bidang e-commerce FMCG belum banyak tersedia di pasar tenaga kerja Indonesia. "Perusahaan kesulitan untuk mempekerjakan orang yang sesuai,” kata Fransiscus.
Kedua, sistem rantai pasokan, mulai dari internal perusahaan hingga distributor eksternal belum terintegrasi ke platform e-commerce. Akibatnya, proses logistik seperti pengambilan dan pengepakan produk yang dipesan secara online, masih dilakukan secara manual. “Proses ini berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan yang mengakibatkan rendahnya performa penjualan,” ujarnya.
(Baca: Bisnis E-Commerce, Zilingo Kantongi Investasi Rp 3,2 Triliun)
Ketiga, butuh pengetahuan dan pengalaman untuk menjalankan penjualan melalui e-commerce yang berbeda tekniknya dengan tradisional. "Selain jenis promosi, butuh pengetahuan dan pengalaman yang cocok untuk merek atau produk," katanya.
Menurutnya, salah satu solusi untuk menghadapi tantangan ini adalah bekerja sama dengan penyedia solusi untuk manajemen jalur distribusi (channel management), yang khusus membantu perusahaan FMCG untuk berjualan secara online.
Adapun Sirclo menyediakan solusi untuk membantu merek berjualan secara online, sejak 2013. Sirclo menawarkan dua produk yakni Sirclo Store atau platform Software as a Service (SaaS) pembuatan situs toko online dan Sirclo Commerce yang fokus membangun merek.