Bizzy Sebut Potensi E-Commerce B2B Capai US$ 21 Miliar
Bisnis perdagangan digital kian menjamur di Tanah Air. Saat ini, segmen e-commerce business to consumer (B2C) maupun consumer to consumer (C2C) bahkan telah menghasilkan tiga unicorn, yakni Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. Namun yang belum banyak dilirik adalah segmen business to business (B2B).
Co-Founder Bizzy Erwin Nitimuljo menyebut potensi bisnis e-commerce segmen business to business (B2B) sangat besar, namun belum tergarap maksimal. Berdasarkan kajiannya, potensi pasar dari bisnis e-commerce B2B mencapai US$ 21 miliar atau setara Rp 294 triliun di Indonesia pada 2017. Namun, saat ini, baru US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun yang tergarap.
“Ada banyak potensi yang belum dimanfaatkan," ujar dia saat peluncuran EV Growth di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (22/5).
Ia bahkan menyebut, bisnis e-commerce B2B juga lebih menarik dibanding segmen business-to-consumer (B2C), seperti Bhinneka, Berrybenka, dan Tiket.com. Sebab, transaksi pada e-commerce B2B umumnya berskala besar.
(Baca juga: 7 Janji Pemerintah kepada Investor di Sektor Digital)
Di Amerika Serikat (AS), misalnya, perkembangan pasar e-commerce B2B 2,4 kali lebih besar dibanding yang B2C pada 2017. Pasar B2C di Negeri Paman Sam mencapai US$ 369 miliar, sedangkan B2B senilai US$ 889 miliar.
Begitu pun di Tiongkok, pasar e-commerce B2B 5,3 kali lebih besar dibanding B2C. Potensi pasar B2C di sana senilai US$ 499 miliar, sedangkan B2B-nya sebesar US$ 2,65 triliun. Di Korea Selatan, potensi pasar B2C hanya US$ 22 miliar pada 2013. Sedangkan potensi pasar B2B-nya 45 kali lebih besar, yakni US$ 997 miliar.
Hanya, untuk bisa meraih potensi pasar tersebut menurutnya perlu ekosistem yang jelas dan inklusif. "Kami aktif melakukan pendekatan (dengan investor). Untuk itu, kami lebih transparan, efisien, dan akuntabel," kata dia.
(Baca juga: Deretan E-Commerce Siapkan Promo Ramadan dengan Diskon hingga 90%)
Pada kesempatan yang sama, Partner EV Growth Willson Cuaca mengakui bisnis e-commerce di Indonesia sangat potensial. Bahkan, secara keseluruhan bisnis di bidang digital dinilainya sangat menarik terlihat dari adanya empat dari tujuh unicorn di Asia Tenggara berada di Indonesia. "Makanya kami membangun ekosistem, untuk mendanai startup di Indonesia," kata dia.
Adapun konsep marketplace B2B ini, menjadi pentara bagi pebisnis dengan pebisnis. Sementara model bisnis B2C merupakan fasilitator antara pebisnis dengan konsumen langsung. Ada juga, jenis e-commerce consumer to consumer (C2C), menghimpun orang-orang untuk bertransaksi di platform-nya seperti seperti Blanja.com, Elevenia, dan Bukalapak.