Penjualan Bahan Pokok Jadi Andalan E-Commerce Bertahan di Masa Pandemi
Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) mengatakan sejumlah perusahaan perdagangan elektronik atau e-commerce mulai membidik penjualan kategori bahan pokok, agar transaksi di platform-nya tetap diminati.
Ketua Amvesindo Jefri Sirait menjelaskan, strategi membidik kategori bahan pokok merupakan cara agar bisnis e-commerce tetap bertahan di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Sebab, ada pergeseran minat konsumen yang kini semakin berfokus pada kebutuhan primer dibandingkan sekunder.
"Ketangkasan itu harus dipertahankan, sehingga dibutuhkan kreativitas dan konten pemasan yang berbeda, serta perlu pemanfaatan jaringan untuk memperlebar sektor bisnis," ujar Jefri kepada Katadata.co.id, Jumat (24/7).
Contohnya, Shopee dan Tokopedia yang kini telah memiliki kategori khusus bahan pokok, di mana pelanggan bisa memilih berbagai jenis daging yang hendak dibeli layaknya membeli langsung dari pasar.
Jefri menilai, ke depannya tren belanja bahan pokok secara online bakal menjadi suatu hal yang lazim, dan ia memprediksi e-commerce yang membidik kategori ini akan semakin banyak.
Sekretaris Jenderal Amvesindo Eddi Danusaputro mengatakan, e-commerce yang mulai fokus membidik kategori bahan pokok cukup 'jeli' menangkap peluang di tengah sulitnya berjualan di tengah pandemi. Ia menilai, strategi pivot adalah pilihan yang tepat.
Pivot adalah aktivitas pengembangan usaha, dengan mengubah model bisnis, namun tetap mempertahankan visi. Istilah ini diambil dari gerakan pada olahraga basket, mengubah arah dengan berpijak pada salah satu kaki.
"Kalau e-commerce yang cerdas pasti akan segera pivot. Tapi ini hanya berlaku bagi platform yang multi-produk, sehingga ketika dia menambah kategori sayur-mayur dan bahan pokok tidak akan diangap aneh oleh konsumennya," ujar Eddi kepada Katadata.co.id.
Tak hanya pivot, Eddi menilai e-commerce juga perlu mempertahankan bisnisnya kelak melalui tiga hal. Pertama, menjaga kualitas dan kuantitas produk yang ditawarkan di platformnya.
"Itu adalah hal yang penting, sebab kalau produk berkualitas tetapi kuantitasnya habis terus, sama saja bohong," ujar Eddi.
Kedua, memiliki berbagai opsi metode pembayaran mulai dari kartu kredit, debit, e-wallet dan sebagainya. Eddi menilai, semakin beragam metode pembayarannya maka konsumen pun bakal semakin nyaman bertransaksi di platform e-commerce tersebut.
Ketiga, memiliki mitra logistik yang terpercaya di platformnya. Dengan begitu, konsumen pun juga semakin percaya dengan keamanan barang yang ia pesan di platform tersebut.
"Meskipun orang masih sensitif dan peduli tentang cashback atau promo, tetapi makin lama terutama konsumen di wilayah urban bakal lebih mementingkan user experience daripada harga," ujar Eddi.
Senada dengan Jefri dan Eddi, Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan, selama lebih dari tiga bulan terakhir pasar telah mulai beradaptasi dengan transaksi secara online, termasuk dalam hal pembelian bahan pokok sehari-hari.
"Perluasan kategori produk yang disediakan e-commerce ini merupakan salah satu cara untuk bertahan, yakni menciptakan revenue stream baru, sekaligus memberi kenyamanan dan solusi kepada pelanggan yang lebih memilih di rumah saja," ujar Ignatius kepada Katadata.co.id, Jumat (24/7).
Menurutnya, hal ini bukan hal yang mengejutkan ketika transaksi online tercatat mengalami kenaikan, seperti kategoti kebutuhan sehari-hari yang tumbuh tiga digit.
Sebelumnya, External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan, makanan siap masak merupakan produk yang paling banyak dicari di platform.
Makanan yang banyak diburu konsumen yakni olahan daging dan buah-buahan. Selain itu, permintaan produk kopi kemasan meningkat.
Shopee juga mencatatkan peningkatan penjualan produk makanan siap masak. Transaksi produk kebutuhan pokok dan makanan tercatat melonjak empat kali lipat.
Adapun, Bukalapak baru-baru ini menggaet HappyFresh untuk menyediakan bahan pokok di platformnya. Sedangkan, Lazada meluncurkan laman khusus sayuran, dengan menggandeng Rumah Sayur Group. Lalu, startup digitalisasi warung, Wahyoo juga meluncurkan Langganan.co.id untuk menjual bahan pokok.
Sebagai informasi, riset Facebook dan Bain & Company menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara, yang merupakan pengguna internet, berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona. Kedua perusahaan memperkirakan, kebiasaan ini masih akan menjadi tren meski memasuki normal baru (new normal).
Berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis sejak April 2020. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet itu berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.
Hal itu terjadi karena sebagian besar masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar rumah guna menekan penyebaran virus corona. Selain itu, 77% konsumen tersebut lebih sering menyiapkan makanan di rumah, ketimbang membeli ataupun makan di restoran.
Riset tersebut berdasarkan data survei YouGov di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam pada April 2020. Penelitian tersebut mengamati para konsumen yang telah berbelanja secara online selama enam bulan terakhir, termasuk wawancara dengan para petinggi perusahaan dan modal ventura.