Induk Shopee Layani Pesan-Antar Makanan di Vietnam, Akan Hadir di RI?
Induk Shopee, Sea Group menyediakan layanan pesan-antar makanan seperti GoFood milik Gojek dan GrabFood besutan Grab, di Vietnam. Di Indonesia, perusahaan digital ini melayani pemesanan bahan pangan dan makanan siap saji melalui Shopee Food.
Sea Group mengakuisisi Foody Corporation untuk menyediakan layanan pesan-antar makanan dengan nama Now di Vietnam. Namun, Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja tidak menjawab apakah produk serupa akan hadir di Indonesia.
Ia hanya menyampaikan bahwa Shopee menyediakan Shopee Food yang menjual produk makanan dan minuman sejak April lalu. “Ini merupakan hasil kurasi mitra pemegang merek (brand) dan penjual,” kata dia kepada Katadata.co.id, kemarin (12/10).
Perusahaan mengurasi lebih dari 500 mitra penjual makanan dan minuman siap saji. Mereka juga berkomitmen memperbanyak mitra penjual dan memperluas cakupan Shopee Food ke luar Jakarta.
Shopee mencatat, penjualan produk kuliner secara berulang pada Juli meningkat empat kali lipat. “Kami menyoroti perubahan besar dari pergeseran kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengutamakan untuk membeli makanan secara online,” kata Handika.
Sedangkan layanan pesan-antar makanan besutan induk Shopee baru diketahui setelah ratusan mitranya berdemonstrasi di depan kantor Foody Corporation, di Hanoi, Vietnam, pada Agustus lalu.
Foody didirikan oleh Minh Dang pada 2012. Pada awalnya, perusahaan ini merekomendasikan makanan dan daftar restoran.
Pada 2015, startup itu memperoleh pendanaan dari Garena dan Tiger Global Management. Kemudian mengubah bisnisnya menjadi pesan-antar makanan dan reservasi restoran.
Garena merupakan anak usaha Sea Group yang bergerak di bidang hiburan, khususnya gim online. Dikutip dari media lokal, Vnexplorer.net, Sea Group masuk pada putaran pendanaan seri B Foody.
Berdasarkan data Statista, pendapatan dari layanan pesan-antar makanan di Vietnam diperkirakan US$ 302 juta tahun ini. Nilainya kalah jauh dibandingkan Indonesia US$ 1,9 miliar dan Singapura US$ 464 juta.
Dikutip dari Tech In Asia, margin dari pengiriman makanan tipis. Ini tecermin dari beberapa pemain seperti UberEats dan DeliveryHero yang belum untung. Namun biaya operasionalnya bisa ditekan jika volume pesanannya tinggi.
Sedangkan di Indonesia, layanan pesan-antar makanan diminati selama pandemi Covid-19. Ini tecermin pada Databoks di bawah ini:
Berdasarkan studi Facebook dan Bain and Company berjudul ‘Digital Consumers of Tomorrow, Here Today’ yang dirilis Agustus, sekitar 35-43% konsumen digital di Asia Tenggara membeli bahan makanan kemasan, bahan makanan segar, dan minuman non-alkohol saat pandemi corona. Transaksinya meningkat hingga 8,4 kali selama April-Juni.
Hal itu juga sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebagaimana Databoks di bawah ini:
Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2019 juga memperkirakan, nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) sektor berbagi tumpangan di Indonesia mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 83,8 triliun tahun lalu. Nilainya diprediksi melonjak menjadi US$ 18 miliar pada 2025.
Sedangkan di Asia Tenggara, transaksinya diproyeksikan mencapai US$ 12,7 miliar tahun lalu. Rinciannya, US$ 5,2 miliar dari pesan-antar makanan dan US$ 7,5 miliar dari transportasi.
Google, Temasek dan Bain memperkirakan porsi pesan-antar makanan dan transportasi menjadi 50:50 pada 2025.