Investor Ungkap Alasan 7 E-Commerce & JD.ID Tutup Saat Pandemi Corona

Lenny Septiani
2 Februari 2023, 12:54
jd.id tutup, startup tutup,
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/rwa.
Pengunjung mempraktikkan pemanfaatan platform penjualan digital (e-commerce) JD.ID di Paris van Java Mall, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/5/2021).

JD.ID tutup operasional pada 31 Maret. Selain itu, ada tujuh e-commerce yang menutup layanan atau bangkrut di Indonesia meski pandemi corona mendorong orang-orang berbelanja online.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, startup tutup di Indonesia karena persaingan dengan platform sejenis yang dominan.

Selain itu, ada faktor lain seperti sentimen ekosistem pendanaan ke sektor teknologi di negara asal dan global yang secara umum membuat pasar Indonesia kemungkinan belum menjadi prioritas.

“Atau perampingan dari lini bisnis yang belum dominan kontribusinya,” kata Edward kepada Katadata.co.id, Selasa (31/1).

Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro juga mengungkapkan beberapa faktor penyebab startup e-commerce, seperti JD.ID tutup. Faktor itu di antaranya:

  • Kalah bersaing
  • Revenue tidak tumbuh
  • User experience tidak bagus
  • Investors berhenti mendanai, dan lainnya

JD.ID merupakan perusahaan patungan atau joint venture (JV) JD.Com bersama dengan firma ekuitas asal Singapura, Provident Capital Partners, yang didirikan pada 2015.

Kabar JD.Com akan melepas operasional bisnis di Indonesia yakni JD.ID dan di Thailand beredar sejak bulan lalu. Kabarnya, ini bertujuan mengurangi kerugian di kawasan Asia Tenggara dan memperkuat operasional di Cina.

Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara pun menyampaikan, JD.ID tutup merupakan keputusan strategis dari JD.Com.

“Ini adalah keputusan strategis dari JD.Com untuk berkembang di pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara. Logistik dan pergudangan sebagai intinya,” kata Setya kepada Katadata.co.id, Senin (30/1).

JD.ID sudah melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK dua kali yakni pada Mei dan Desember 2022. Jumlah pegawai yang dipecat pada Mei 2022 tidak disebutkan. Sedangkan pada Desember 2022, JD.ID PHK 30% dari total atau sekitar 200 orang.

Perusahaan logistik yang berafiliasi dengan JD.ID yakni JDL Express lebih dulu menutup layanan pada 22 Januari. Selain itu, sudah menghentikan pendaftaran pengguna baru sejak 1 Januari.

“Layanan JDL Express Indonesia non aktif per 22 Januari,” demikian dikutip dari laman resmi JDL Express, minggu lalu (23/1).

Setidaknya ada delapan startup e-commerce, termasuk JD.ID, yang bangkrut atau tutup layanan di Indonesia sejak ada pandemi corona. Berikut daftar dan alasannya:

1. Fabelio

Startup Fabelio bangkrut pada Oktober 2022 dan sempat disebut-sebut tak bisa membayar gaji pegawai sejak akhir 2021. Pengguna Change.org atas nama karyawan pun membuat petisi pada Agustus 2021.

Petisi di Change.org itu mengumpulkan 3.160 tanda tangan per Desember tahun lalu. “Saya sudah lama bekerja di Fabelio di level 5. Terakhir saya mendapatkan gaji pada September 2021. Itu pun hanya 75%,” demikian dikutip dari laman Change.org atas nama karyawan Fabelio, tahun lalu (14/1/2022).

Namun ada penjelasan dari Fabelio terkait alasan penutupan layanan. Sedangkan startup e-commerce furnitur ini memperoleh pendanaan seri C US$ 9 juta pada 2020.

Total dana yang dihimpun oleh Fabelio US$ 20 juta atau sekitar Rp 300 miliar dari investor seperti AppWorks, 500 Startups, MDI Ventures.

2. Sorabel

Sorabel menutup layanan e-commerce busana pada Juli 2020. Perusahaan ini menyasar segmen menengah ke bawah. Namun, sebagian masyarakat pada segmen ini terpukul pandemi virus corona.

“Covid-19 menyerang pada titik paling rentan dalam strategi pendanaan dan menghancurkan basis pelanggan inti kami,” kata Co-Founder Sorabel Jeffrey Yuwono, dikutip dari e27, pada 2020 (27/8/2020).

Website, saluran media sosial, dan aplikasi Sorabel dihentikan oleh PT Sale Stock Indonesia dan dialihkan kepada PT Berrybenka.

3. Brambang

Startup penyedia platform kebutuhan pokok ini menutup layanan pada Mei 2022. “Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti  pada Jumat (27/5) Pukul 19.00 WIB,” kata Brambang melalui akun Instagram @brambangdotcom, tahun lalu (26/5).

Brambang akan beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik. Perusahaan pun membuat akun Instagram baru yakni @brambangelektronik.

Namun tidak ada penjelasan mengenai alasan Brambang beralih bisnis.

4. Sayurbox 

Sayurbox menutup operasional di Bali per 31 Desember 2022 dan menutup toko offline di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Juni tahun lalu.

Bulan lalu, Sayurbox melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK terhadap 5% karyawan. Ini bagian dari upaya Sayurbox menjadi perusahaan mandiri secara finansial dan tumbuh berkelanjutan.

“Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan,” kata Amanda dalam keterangan pers, bulan lalu (7/12/2022).

Selain itu, “supaya bisnis bisa sustainable dalam jangka panjang,” tambah dia.

5. Tanihub

TaniHub menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan di Bandung dan Bali pada Februari 2022. Startup pertanian ini juga melakukan PHK.

Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group Bhisma Adinaya menjelaskan, perusahaan ingin mempertajam fokus bisnis.

Caranya, dengan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan Business to Business (B2B) seperti hotel, restoran, kafe, modern trade, general trade, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta mitra strategis.

6. Bananas

Startup Bananas baru beroperasi pada Januari 2022 dan menutup layanan pada Oktober 2022. Perusahaan itu dikabarkan melakukan PHK terhadap 36 karyawan berdasarkan laporan Tech In Asia.

Startup quick commerce itu memutuskan untuk menutup layanan e-grocery. “Dari lubuk hati, kami ingin terus melayani pelanggan setia,” ujar perusahaan.

“Namun, setelah beroperasi selama berbulan-bulan sambil terus bereksperimen dengan berbagai bagian bisnis, kami tidak bisa membayangkan bagaimana unit ekonomi (yang mereka kembangkan) ini bisa bekerja,” tambah Bananas.

7. Elevenia

Elevenia tutup pada 1 Desember. E-commerce ini diluncurkan pada Maret 2014. Namun tidak ada penjelasan mengenai alasan perusahaan tutup.

8. JD.ID

JD.Com melepas bisnis di Indonesia yakni JD.ID. Raksasa e-commerce ini akan berfokus mengembangkan pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara.

“Logistik dan pergudangan sebagai intinya,” ujar Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara.

Reporter: Lenny Septiani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...