TikTok Shop Diblokir, Transaksi Shopee Justru Diramal Turun
Persentase transaksi atau GMV Shopee di Asia Tenggara tahun ini diramal turun, meski TikTok Shop diblokir di Indonesia, menurut riset Momentum Works.
Momentum Works memperkirakan porsi GMV Shopee di Asia Tenggara 48,1% tahun lalu. Berdasarkan laporan Juli, persentase GMV e-commerce oranye ini diperkirakan turun menjadi 46,5%. Pada Oktober, porsinya diprediksi turun lagi menjadi 35,9%.
Katadata.co.id mengonfirmasi hasil riset tersebut kepada Shopee Indonesia. Namun belum ada tanggapan.
Pada pertengahan September, CEO induk Shopee yakni Sea Group Forrest Li menyampaikan kepada seluruh karyawan melalui email, bahwa perusahaan bersiap menghadapi kerugian, setelah berfokus pada pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi.
Sementara itu, porsi GMV TikTok Shop di Asia Tenggara diperkirakan naik dari 4,4% tahun lalu menjadi 13,2% pada 2023 berdasarkan laporan Juli. Rinciannya dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Menurut laporan Momentum Works per Oktober, proyeksi persentase GMV perusahaan asal Cina ini naik lagi jadi 13,9%. Rinciannya sebagai berikut:
Berdasarkan perbandingan laporan Momentum Works pada Juli dan Oktober, persentase GMV TikTok Shop dan Tokopedia naik. Sementara itu, Lazada dan Shopee turun.
Sementara itu, laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy SEA 2023’ memprediksi GMV e-commerce Asia Tenggara naik 6% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 130 miliar menjadi US$ 139 miliar tahun ini.
Jika merujuk pada data tersebut, maka nilai GMV masing-masing platform e-commerce di Asia Tenggara sebagai berikut:
- TikTok Shop 13,9% atau US$ 19,3 miliar (Rp 302 triliun)
- Shopee 45,9% atau US$ 63,8 miliar (Rp 999 triliun)
- Tokopedia 14,2% atau US$ 19,7 miliar (Rp 308 triliun)
- Lazada 17,5% atau US$ 24,3 miliar (Rp 380 triliun)
- Lainnya 8,6% atau US$ 20 miliar (Rp 313 triliun)
“Dengan diberlakukannya larangan media sosial dan e-commerce di satu aplikasi di Indonesia, kami merevisi proyeksi. Perkiraan terbaru, pangsa pasar TikTok Shop di Asia Tenggara tahun ini 13,9%,” kata Momentum Works dikutip dari laporannya, Rabu (8/11).
“Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya, ‘bukankah seharusnya pangsa pasar TikTok Shop turun setelah pasar terbesarnya ditutup?’. Meskipun TikTok Shop kehilangan seluruh volume transaksi di Indonesia pada kuartal IV, ada faktor lain,” Momentum Works menambahkan.
Momentum Works menyampaikan, kinerja TikTok Shop di Asia Tenggara melebihi ekspektasi perusahaan sebelum dihapus di Indonesia pada 4 Oktober. Oleh karena itu, GMV diramal melebihi target TikTok US$ 15 juta tahun ini.
“Bahkan jika Indonesia tidak memberikan kontribusi volume apa pun di seluruh kuartal keempat, negara-negara lain, yang menyumbang dua pertiga dari total GMV TikTok Shop sebelum pelarangan di Indonesia, akan tetap membuat pangsa pasarnya melebihi proyeksi,” ujar Momentum Works.
Namun Momentum Works belum menghitung potensi pengalihan sumber daya dari Indonesia ke pasar lain, dan strategi terbaru para pesaing.
Momentum Works juga yakin TikTok Shop tidak akan keluar dari pasar Indonesia.
TikTok Shop tutup di Indonesia pada 4 Oktober, sepekan setelah Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 31 Tahun 2023 terbit pada 27 September. Regulasi ini melarang fitur e-commerce dan media sosial dalam satu aplikasi.
Google, Temasek dan Bain and Company memprediksi transaksi e-commerce di Indonesia tumbuh 7% yoy menjadi US$ 62 miliar atau sekitar Rp 989 triliun tahun ini. Pertumbuhan ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu 20%.
Google, Bain and Company, dan Temasek pun menyoroti para startup e-commerce seperti Tokopedia yang mengurangi promosi atau bakar uang. “Hal itu demi menyeimbangkan pertumbuhan dan profitabilitas,” demikian dikutip dari laporan, Rabu (2/11).
Alhasil, pertumbuhan GMV para startup itu melambat setelah konsumen yang sensitif harga memilih opsi lain. “Namun jumlah pengguna yang setia masih cukup banyak, sehingga mengimbangi penurunan pertumbuhan pasar dengan kenaikan pertumbuhan pendapatan bersih,” demikian dikutip.