TikTok Shop Ditutup, Transaksi Shopee Melonjak Jadi Rp 311 Triliun
Shopee mencatatkan kenaikan nilai transaksi bruto atau GMV menjadi US$ 20,1 miliar atau sekitar Rp 311 triliun selama kuartal III atau Juli - September. Data ini belum menghitung dampak TikTok Shop yang tutup pada 4 Oktober.
Rincian kinerja Shopee selama kuartal III sebagai berikut:
- Pendapatan naik 16,2% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi US$ 2,2 miliar. Sebanyak US$ 1,9 miliar di antaranya merupakan pendapatan pasar yang terdiri dari:
- Pendapatan pasar inti seperti biaya berbasis transaksi dan pendapatan iklan, naik 31,7% menjadi US$ 1,3 miliar
- Pendapatan layanan tambahan seperti layanan logistik, turun 4,2% menjadi US$ 592,8 juta
- Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan negatif US$ 346,5 juta atau membaik dibandingkan kuartal III 2022 minus US$ 495,7. Ini terdiri dari:
- Asia: kerugian EBITDA yang disesuaikan membengkak dari kuartal III 2022 negatif US$ 216,8 juta menjadi minus US$ 306,2 saat ini
- Pasar lain: kerugian EBITDA yang disesuaikan turun dari minus US$ 279 juta menjadi US$ 40,3 juta
- Volume transaksi bruto atau jumlah pesanan naik 13,2% yoy dan 23,6% secara kuartalan atau quarter to quarter (qtq) menjadi 2,2 miliar
- Nilai transaksi bruto atau GMV naik 5,1% yoy dan 11,2% qtq menjadi US$ 20,1 miliar
Induk Shopee yakni Sea Group berencana mendorong transaksi Shopee. Perusahaan Singapura ini pun merugi US$ 144 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun setelah untung tiga kuartal berturut-turut.
CEO Sea Group Forrest Li menyampaikan bahwa perusahaan ingin menggenjot pertumbuhan bisnis Shopee. Ini untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang.
“Itu supaya bisa menghasilkan pengembalian investasi terbesar bagi para pemegang saham dalam jangka panjang,” kata Forrest Li dalam keterangan pers, Selasa malam (14/11). “Untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang, memerlukan skala dan kepemimpinan pasar yang kuat.”
Untuk mencapai tujuan jangka panjang itu, induk Shopee mempertimbangkan tiga faktor operasional utama yakni pertumbuhan, profitabilitas saat ini, dan peningkatan pangsa pasar.
“Pada periode ini, kami akan memprioritaskan investasi dalam bisnis untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperkuat kepemimpinan pasar lebih lanjut,” ujar Forrest Li.
“Saat ini, kami memiliki skala, pemahaman mendalam tentang pasar, dan eksekusi lokal yang kuat di berbagai geografi. Hal ini memberikan kami keunggulan kompetitif yang luas, dan kami bertujuan memperluasnya lebih lanjut,” Li menambahkan.
Li juga menyampaikan, keuntungan selama tiga kuartal berturut-turut telah meningkatkan cadangan kas dan efisiensi operasional secara signifikan. Oleh karena itu, Sea Group melihat peluang yang sangat baik untuk membangun ekosistem konten e-commerce secara efisien, terutama terkait live streaming.
“Kami bertekad mempertahankan posisi kas yang kuat, tidak bergantung pada pendanaan eksternal, serta berinvestasi sesuai kemampuan pada waktu dan laju yang kita pilih. Pada saat yang sama, mengingat penetrasi e-commerce masih rendah di sebagian besar pasar, kami memiliki tanggung jawab untuk membantu pertumbuhan seluruh ekosistem e-commerce,” ujarnya.