TikTok Disebut Gaet Tokopedia Pekan Depan, Induk Shopee Ubah Strategi
TikTok dikabarkan akan mengumumkan kesepakatan kerja sama dengan GoTo Gojek Tokopedia paling cepat minggu ini atau minggu depan. Di tengah isu ini, induk Shopee mengubah strategi bisnis e-commerce.
"Pembicaraan antara pemilik TikTok yakni ByteDance dengan Tokopedia terkait kemitraan dan investasi sedang dalam tahap akhir," kata sumber DealStreetAsia, Rabu (6/12).
"Kesepakatan mungkin akan diumumkan paling cepat pada minggu ini atau minggu depan," demikian dikutip.
Beberapa sumber DealStreetAsia menyampaikan, ada kemungkinan TikTok akan mengambil saham kecil di Tokopedia. Kemudian secara bertahap meningkatkannya menjadi saham mayoritas.
"Awalnya, ByteDance menginginkan 10% saham di Tokopedia. Namun GoTo telah mendorong mereka (ByteDance) untuk mengambil alih 50% dan membiarkan mereka menjalankan bagian bisnis e-commerce itu,” kata seorang sumber yang mengetahui perkembangan tersebut.
Namun diskusi masih berlanjut, sehingga hasil kesepakatan bisa berubah.
Katadata.co.id mengonfirmasi hal itu kepada GoTo Gojek Tokopedia dan TikTok. GoTo dan TikTok enggan berkomentar terkait rumor.
Sebelumnya, sumber Bloomberg menyampaikan bahwa GoTo Gojek Tokopedia dan TikTok mengkaji banyak kemungkinan kerja sama. Salah satunya, membentuk perusahaan patungan alias joint venture.
"Daripada melakukan investasi langsung, kesepakatan tersebut dapat berbentuk usaha patungan," kata salah satu sumber Bloomberg. “Diskusi tersebut juga melibatkan kedua perusahaan untuk bersama-sama membangun platform e-commerce baru."
Shopee Ubah Strategi
Induk Shopee yakni Sea Group mencatatkan rugi US$ 144 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun. Padahal sebelumnya perusahaan Singapura ini untung tiga kuartal berturut-turut.
“Sebagian besar kerugian disebabkan oleh Shopee,” kata CEO Momentum Works Jianggan Li dalam keterangan pers, pada November (16/11).
Jianggan Li menyoroti pertumbuhan nilai transaksi bruto alias GMV Shopee 5% secara tahunan atau year on year (yoy) dan 11,2% secara kuartalan atau quarter to quarter (qtq) menjadi US$ 20,1 miliar atau sekitar Rp 311 triliun selama kuartal III.
Padahal Sea Group menambah anggaran penjualan dan pemasaran Shopee 49,7% yoy menjadi US$ 862 juta atau sekitar Rp 13,4 triliun selama kuartal III. Pada kuartal-kuartal sebelumnya, perusahaan mengurangi biaya ini.
“Salah satu alasan utamanya, Shopee mencoba berbagai cara untuk mempertahankan pangsa pasar melawan TikTok. Ini akan sulit dan mahal,” kata Momentum Works.
Momentum Works memperkirakan, penutupan TikTok Shop di Indonesia per 4 Oktober tidak berdampak besar terhadap transaksi Shopee sepanjang tahun ini.
Alasannya, Indonesia hanya menyumbang sepertiga transaksi TikTok Shop di Asia Tenggara .Selain itu, TikTok Shop mencatatkan hampir tiga order per hari sebelum tutup di Indonesia.
“Akan sulit bagi siapa pun untuk menangkap kembali volume yang hilang itu,” kata Momentum Works. “ Shopee mungkin mengantisipasi TikTok Shop kembali lagi, cepat atau lambat.”
CEO Sea Group Forrest Li pun menyampaikan bahwa perusahaan ingin menggenjot pertumbuhan bisnis e-commerce yaitu Shopee. Ini untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang.
“Itu supaya bisa menghasilkan pengembalian investasi terbesar bagi para pemegang saham dalam jangka panjang,” kata Forrest Li dalam keterangan pers, November (14/11). “Untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang, memerlukan skala dan kepemimpinan pasar yang kuat.”
Untuk mencapai tujuan jangka panjang itu, induk Shopee mempertimbangkan tiga faktor operasional utama yakni pertumbuhan, profitabilitas, dan peningkatan pangsa pasar.
“Pada periode ini, kami akan memprioritaskan investasi dalam bisnis untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperkuat kepemimpinan pasar lebih lanjut,” ujar Forrest Li.
“Saat ini, kami memiliki skala, pemahaman mendalam tentang pasar, dan eksekusi lokal yang kuat di berbagai geografi. Hal ini memberikan kami keunggulan kompetitif yang luas, dan kami bertujuan memperluasnya lebih lanjut,” Li menambahkan.
Li juga menyampaikan, keuntungan selama tiga kuartal berturut-turut telah meningkatkan cadangan kas dan efisiensi operasional secara signifikan. Oleh karena itu, Sea Group melihat peluang yang sangat baik untuk membangun ekosistem konten e-commerce secara efisien, terutama terkait live streaming.
“Kami bertekad mempertahankan posisi kas yang kuat, tidak bergantung pada pendanaan eksternal, serta berinvestasi sesuai kemampuan pada waktu dan laju yang kita pilih. Pada saat yang sama, mengingat penetrasi e-commerce masih rendah di sebagian besar pasar, kami memiliki tanggung jawab untuk membantu pertumbuhan seluruh ekosistem e-commerce,” ujarnya.