Induk Shopee Tak Risau E-commerce Cina Temu Perluas Pasar ke ASEAN dan Indonesia
E-commerce asal Cina yakni Temu tiga kali mendaftarkan merek dagang ke Kementerian Hukum dan HAM Indonesia. Perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura Momentum Works mengungkapkan tanggapan induk Shopee yaitu Sea Group terkait potensi datangnya pesaing baru.
Momentum Works menyampaikan, analis bertanya tentang dua pesaing yakni Coupang Korea Selatan dan Temu Cina yang berusaha memperluas pasar di Asia Tenggara, dalam paparan laporan keuangan induk Shopee, Sea Group.
“Tanggapan manajemen Sea Group cukup meyakinkan, yakni (pasar) lintas-batas business to customer alias B2C masih kecil di Asia Tenggara. Sementara itu, persaingan ketat dalam jangka waktu lama telah menurunkan harga, sehingga keunggulan harga Temu yang terlihat di pasar Barat tidak ada di Asia Tenggara,” kata Momentum Works mengutip tanggapan Sea Group dikutip dari laman resmi, pekan lalu (14/8).
Katadata.co.id mengonfirmasi hal itu kepada Shopee Indonesia, namun belum ada tanggapan.
Berdasarkan laporan Momentum Works, nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) e-commerce di Indonesia US$ 53,8 miliar atau Rp 867,2 triliun (kurs Rp 16.156 per US$) tahun lalu. Shopee dan Tokopedia masih memimpin.
Rincian transaksi e-commerce di Indonesia sebagai berikut:
- Shopee 40% atau US$ 21,52 miliar (Rp 348 triliun)
- Tokopedia 30% atau US$ 16,14 miliar (Rp 258,2 triliun)
- Bukalapak 11% atau US$ 5,9 miliar (Rp 94,4 triliun)
- TikTok Shop 9% atau US$ 4,8 miliar (Rp 76,8 triliun)
- Lazada 7% atau US$ 3,8 miliar (Rp 61,46 triliun)
- Blibli 4% atau US$ 2,2 miliar (Rp 35,2 triliun)
TikTok berinvestasi di Tokopedia pada Desember 2023. Oleh karena itu, data di atas masih memisahkan transaksi TikTok Shop dan Tokopedia di Indonesia.
“TikTok Shop meningkatkan GMV tahunannya hampir empat kali lipat menjadi US$16,3 miliar. Setelah mengambil alih Tokopedia, TikTok Shop menjadi platform e-commerce terbesar ke-2 di Asia Tenggara,” demikian isi keterangan pers Momentum Works, pada Juli (15/7).
Transaksi e-commerce di Asia Tenggara secara keseluruhan US$ 114,6 miliar atau Rp 1.853 triliun tahun lalu. Rinciannya sebagai berikut:
- Shopee: US$ 55,1 miliar
- Lazada: US$ 18,8 miliar
- TikTok Shop: US$ 16,3 miliar
- Tokopedia: US$ 16,3 miliar
- Bukalapak: US$ 5,7 miliar
- Blibli: US$ 1,9 miliar
- Amazon: US$ 400 juta
- Tiki: US$ 200 juta
- Temu: US$ 100 juta
Sementara itu, rincian transaksi e-commerce per negara sebagai berikut:
- Thailand US$ 19,3 miliar
- Vietnam US$ 13,8 miliar
- Filipina US$ 13,7 miliar
- Malaysia US$ 9,6 miliar
- Singapura US$ 4,4 miliar
- Indonesia US$ 53,8 miliar
“Nilai transaksi e-commerce di Asia Tenggara meningkat 15% secara tahunan alias year on year (yoy) menjadi US$ 114,6 miliar tahun lalu. Vietnam dan Thailand menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat, yakni 52,9% dan 34,1% yoy,” demikian dikutip.
Indonesia tetap menjadi pasar e-commerce terbesar dengan kontribusi 46,9% terhadap GMV di kawasan. Tingkat pertumbuhannya 3,7% merupakan yang paling moderat di Asia Tenggara.
Temu pun berupaya memperluas pasar Asia Tenggara. E-commerce asal Cina ini pun sudah merambah pasar Thailand, Malaysia, dan Filipina.
Temu di Thailand menawarkan berbagai macam barang lintas-negara dengan ulasan dan peringkat global untuk barang-barang populer. Meskipun ada rumor Temu meluncurkan barang bermerek di Asia Tenggara, sebagian besar barang di situs Thailand saat ini tidak bermerek.
Anak usaha Pinduoduo atau PDD Holdings itu menawarkan gratis ongkir pengiriman standar untuk hampir semua pesanan. Waktu pengiriman sekitar lima hingga 20 hari.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari menyampaikan, e-commerce asal Cina itu berupaya mendaftar ke Indonesia sejak September 2022.
Akan tetapi, upaya berulang Temu itu gagal karena sudah ada merek serupa yang beroperasi di Indonesia. "Namun, ini terus dibanding," ujar Fiki dikutip dari Antara, dua pekan lalu (6/8).