Terdampak Penurunan Daya Beli, UMKM dan Merek Lokal Andalkan E-Commerce
Beberapa UMKM dan merek alias brand lokal mulai merasakan penurunan transaksi di tengah proyeksi ekonom bahwa daya beli masyarakat mulai menurun. Mereka mengandalkan e-commerce baik dalam hal memperluas pasar maupun promosi.
Pemilik bisnis fesyen THENBLANK Mutiara Kamila Athiyya merasakan ada penurunan transaksi, namun ia tidak memerinci angkanya. Meski begitu, UMKM berinovasi lewat promosi dan bekerja sama dengan e-commerce seperti Tokopedia dan Shop Tokopedia.
"Kami berkomunikasi mengenai program apa yang bisa membuat konsumen tertarik berbelanja dengan harga sekian, tetapi tetap terjangkau dan memang ada kebutuhan," kata Mutiara saat konferensi pers Festival Beli Lokal di Jakarta, Sabtu (24/8).
Hal senada disampaikan oleh pemilik merek lokal Jacquelle yakni Lianna Lie. Ia pun berfokus menghadirkan inovasi produk guna menarik perhatian konsumen.
Sementara itu, CMO Kintakun Vincent Saputra menyampaikan bahwa perusahaan menyiasati penurunan transaksi dengan membagi segmen produk yakni kelas menengah atas dan menengah bawah.
"Kenyataannya ada (penurunan). Kami buat produk dengan harga terjangkau tetapi tetap dengan bahan yang baik. Kami juga membuat produk high end," kata Vincent.
Selain itu, Jacquelle dan Kintakun bekerja sama dengan e-commerce untuk kolaborasi program promosi.
Di satu sisi, CEO sekaligus Founder of ZM Zaskia Mecca Haykal Kamil mengatakan, usahanya bergerak di bidang fesyen muslim yang mencatatkan peningkatan transaksi umumnya saat Ramadan dan Idul Fitri. Selama periode ini, penjualan bisa meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan hari biasa.
Menurut dia, penurunan transaksi belakangan ini normal mengingat ada lonjakan tidak biasa saat pandemi corona, ketika orang-orang beralih ke metode belanja online.
"Pasar mulai stabil. Kami merasakan ada penurunan, tetapi pada dasarnya siklus penjualan kami memang mulai tumbuh pada September hingga Desember. Dan segmen kami memang pasti ada penurunan pasca-Ramadan," kata dia.
Untuk mendorong penjualan, Zaskia Mecca juga menghadirkan produk dengan harga terjangkau.
Sementara itu, Tokopedia dan Shop Tokopedia rutin menggelar promosi Promo Guncang dan Beli Lokal. Dalam rangka ulang tahun ke-15, perusahaan juga menggelar Festival Beli Lokal di Plaza Timur Senayan, Jakarta, selama 24 - 25 Agustus.
President Director of Tokopedia and TikTok E-commerce, Melissa Siska Juminto mengungkapkan dampak kampanye Beli Lokal terhadap mitra pedagang, yakni:
Tokopedia:
- Kenaikan transaksi mitra pedagang rata-rata sembilan kali lipat
- Produk yang laris yakni popok, hampers, aksesori kamera
- Wilayah dengan kenaikan transaksi tertinggi yaitu rata-rata hampir dua kali lipat di antaranya Jepara, Cirebon, Ciamis
Shop Tokopedia:
- Kenaikan transaksi mitra pedagang rata-rata 3,5 kali lipat
- Produk yang laris yakni parfum, deodoran, hijab
- Wilayah dengan kenaikan transaksi tertinggi yaitu di antaranya Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Barat
Benarkah Daya Beli Masyarakat Turun?
Indonesia mencatatkan deflasi atau penurunan harga barang selama tiga bulan berturut-turut. Rinciannya sebagai berikut:
- Mei: Deflasi 0,03% secara bulanan atau month to month (mtm) dan inflasi 2,84% secara tahunan alias year on year (yoy)
- Juni: Deflasi 0,08% mtm dan inflasi 2,51% yoy
- Juli: Deflasi 0,18% mtm dan inflasi 2,13% yoy
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana khawatir, deflasi secara bulanan atau mtm tiga bulan berturut-turut menjadi tanda daya beli menurun. “Sebab, ini bukan hal biasa di Indonesia," ujar Fikri kepada Katadata.co.id, dua pekan lalu (1/8).
Riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI juga menunjukkan, ekspansi pada kategori calon kelas menengah dan kelas menengah pada 2014 hingga 2018 mengindikasikan tren positif dari mobilitas sosial ke atas.
Pada periode tersebut, proporsi populasi miskin dan rentan menurun, sedangkan calon kelas menengah dan kelas menengah bertambah.
Akan tetapi, ekspansi calon kelas menengah mengindikasikan adanya kemunduran selama 2018 hingga 2023. “Mengindikasikan adanya pergeseran dari individu yang sebelumnya merupakan kelas menengah ke calon kelas menengah atau bahkan rentan,” ujar Peneliti makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam riset, pekan lalu (9/8).
Hal itu terlihat dari pola konsumsi kelas menengah, sebagai berikut:
2014 (sumbangan konsumsi kelompok masyarakat tertentu terhadap total):
- Calon kelas menengah: 41,8%
- Kelas menengah: 34,7%
2018:
- Calon kelas menengah: 42,4%
- Kelas menengah: 41,9%
2023:
- Calon kelas menengah: 45,5%
- Kelas menengah: 36,8%
Data tersebut menunjukkan bahwa kontribusi konsumsi calon kelas menengah dan kelas menengah terhadap total pada 2023 menurun dibandingkan 2018.
Akan tetapi, Pelaksana tugas alias Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, deflasi tiga bulan berturut-turut ini terutama disumbang oleh volatile food atau komponen harga yang bergejolak seperti pangan.
"Ini sebenarnya pernah terjadi dulu pada Juli sampai September 2020, ini bukan hal pertama kali," kata Amalia saat konferensi pers, tiga minggu lalu (1/8).
Deflasi bisa terjadi karena adanya penurunan harga atau permintaan, terutama jika produksi barang atau jasa melebihi permintaan pasar.
"Perlu ada analisis lebih lanjut, karena penurunan harga belum tentu menandakan penurunan daya beli masyarakat,” ujar dia.