Standard Chartered Bank Bidik UMKM Jadi Bagian Strategi Bisnis


Standard Chartered Bank (SCB) melihat sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya di level akar rumput (grassroots), sebagai bagian penting dari strategi bisnis global mereka, termasuk di Indonesia.
“Footprint kami memang global, dari Afrika, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara termasuk Laos, Kamboja, dan Myanmar. Dengan jangkauan seperti ini, sektor akar rumput menjadi bagian dari strategi bisnis kami,” kata Cluster CEO Indonesia Standard Chartered Bank, Rino “Donny” Donosepoetro dalam konferensi pers Asia Grassroot Forum di Bali, Kamis (22/5).
Salah satu tujuan strategis bank adalah lifting participation, yaitu meningkatkan partisipasi kelompok ekonomi kecil ke dalam sistem keuangan formal.
Donny menyebut pemberdayaan pelaku usaha mikro tak cukup dengan akses modal saja, tetapi juga perlu didukung dengan pelatihan, pengembangan kewirausahaan, dan pendampingan agar mereka bisa naik kelas.
Khusus di Indonesia, ia menyoroti tantangan besar yang dihadapi bank-bank global dalam menjangkau segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama ini, sistem perbankan nasional cenderung menekankan pertumbuhan kredit atau loan growth sebagai indikator kinerja utama.
Namun, tidak semua bank memiliki kemampuan atau strategi untuk menjangkau segmen UMKM, terutama yang mikro. “Jadi kami harus ikut membantu dengan bukan hanya lewat pendanaan, tetapi juga dengan pengembangan kewirausahaan, pelatihan dan lain-lain sehingga mereka nanti akan naik kelas,” kata Donny.
Pembiayaan inklusif dan berkelanjutan ini diwujudkannya melalui kemitraan digital dengan perusahaan fintech. Melalui skema digital loan partnership, bank asal Inggris ini telah menyalurkan pembiayaan langsung senilai Rp 2 triliun kepada sekitar 400 ribu wirausaha perempuan di sektor mikro, lewat micro fintech Amartha.
“Ini bukan pembiayaan tidak langsung. Nasabahnya tercatat langsung di pembukuan kami. Kami bermitra dengan fintech seperti Amartha untuk menjangkau pelaku usaha mikro secara langsung,” jelas Rino.
Menurutnya, pendekatan ini merupakan terobosan bagi bank-bank global yang selama ini kesulitan menjangkau sektor UMKM di Indonesia. “Melalui digitalisasi, kami bisa menjangkau dua juta nasabah dalam dua tahun, angka yang belum pernah terjadi sebelumnya di sejarah kami di Indonesia,” tambahnya.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga turut menyoroti potensi penguatan sektor ekonomi akar rumput, terutama di tengah perlambatan ekonomi dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Sektor ini menciptakan 97% lapangan kerja di Indonesia dan lebih dari 60% dijalankan oleh perempuan. Pemerintah perlu mendukung dengan kebijakan yang berpihak, pelatihan, akses pemasaran, dan stimulus kepada kelas menengah,” ujar Sandiaga, dalam acara yang sama.
Ia juga mendorong insentif kepada pelaku ekonomi kreatif akar rumput, agar mereka mampu menyerap tenaga kerja terdampak PHK dan terus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas.