Respons Perkembangan Teknologi, OJK Dorong Kebijakan Berbasis Riset
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong kebijakan berbasis penelitian untuk merespons perkembangan teknologi yang semakin pesat, khususnya di bidang teknologi finansial (fintech). Dengan demikian, kebijakan yang diambil akan lebih komprehensif dan tepat sasaran.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, kebijakan yang diambil tanpa proses analisis yang tepat akan gagal mencapai tujuan. Oleh karena itu, kebijakan yang diambil harus didukung penelitian komprehensif yang akan mengambil berbagai sudut.
"Setelah diuji dengan sukses dan didukung oleh penelitian, kebijakan kemudian siap untuk diimplementasikan. Inilah yang kami sebut sebagai kebijakan berbasis penelitian di OJK,” kata Wimboh ketika membuka OJK International Research Seminar Financial Sector Development and The Future of Finance, di Jimbaran, Bali, Minggu (14/10). Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara dan sejumlah anggota Komisi XI DPR RI juga hadir dalam acara ini.
Kebijakan berbasis penelitian bahkan lebih relevan dalam mengkaji perkembangan teknologi yang semakin pesat di berbagai aspek, termasuk di sektor teknologi finansial. Fintech bahkan telah mengubah proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi yang juga maju pesat.
“Jika kita dapat melakukan penelitian yang benar dan komprehensif tentang fintech, kita akan menuai banyak manfaat termasuk meningkatkan inklusi keuangan, mengurangi kesenjangan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.
(Baca: Peluang Fintech Jadi Mesin Pendorong UMKM dan Ekonomi Syariah)
Namun, fintech bukan satu-satunya bidang yang perlu didukung oleh penelitian, OJK juga meneliti berbagai bidang lainnya, seperti keuangan berkelanjutan, lembaga keuangan syariah, lembaga keuangan non-bank, pendalaman pasar modal, dan lainnya.
Seminar riset yang digelar OJK ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)–Bank Dunia di Bali. Forum ini menampilkan hasil penelitian terkini dari berbagai universitas luar negeri dan riset OJK bersama universitas dalam negeri mengenai isu-isu sektor keuangan yang sedang berkembang.
Seminar yang didukung oleh International Finance Corporation (IFC) ini merupakan inisiatif OJK dalam membangun iklim riset. Forum ini juga menjadi wadah bagi para akademisi, ahli, regulator, dan profesional di bidang industri jasa keuangan untuk meningkatkan pemahaman masing-masing mengenai isu terkini di sektor keuangan.
Topik-topik riset pada seminar ini mencakup keuangan digital, fintech, keuangan berkelanjutan, serta pasar dan kelembagaan keuangan. Para pembicara dalam forum ini adalah Sumit Agarwal dari National University of Singapore (NUS), Bejoy Das Gupta dari Syracuse and eCurrency, Dorothy Singer dari Bank Dunia, Tianyue Ruan dari NUS, dan Irwan Trinugroho dari UNS Indonesia. Selain itu juga hadir Ulrich Volz dari University of London, Poppy Ismalina dari Universitas Gajah Mada (UGM), Emilio Bisetti dari Hongkong University of Science and Technology, dan Deddy Koesrindartoto dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
(Baca: 12 Poin Kesepakatan Soal Fintech di Forum IMF-World Bank)