Riset: Fintech Salip Bank, Jadi Opsi Utama Pembayaran di Indonesia
Laporan dari Standard & Poor's atau S&P bertajuk ‘Southeast Asia E-Money Market Report’ menunjukkan, masyarakat Indonesia lebih memilih pembayaran dari teknologi finansial (fintech) ketimbang bank. Penggunaan layanan fintech terdongkrak transaksi e-commerce hingga gim.
S&P mencatat, penggunaan layanan pembayaran fintech di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Pada 2019, transaksi uang elektronik di Nusantara mencapai US$ 10 miliar.
Sedangkan dompet digital (e-wallet) dari fintech menyumbang sekitar 72% dari transaksi uang elektronik di Tanah Air. "Fintech telah melampaui bank sebagai penyedia pembayaran utama di Indonesia," demikian dikutip dari laporan S&P Global yang dirilis Rabu (27/1).
Di Singapura, Malaysia, dan Thailand, layanan pembayaran dari bank masih mendominasi.
S&P mengatakan, penyelenggara fintech di Indonesia membangun infrastruktur fisik dan digital, sehingga masyarakat mudah bertransaksi di platform. Layanan yang paling sering digunakan yakni transfer uang, membayar tagihan, dan bertransaksi di toko.
Selain itu, ekosistem digital di Asia Tenggara terbangun, yakni ada e-commerce, berbagi penumpang (ride-hailing) hingga gim. Alhasil, penggunaan layanan fintech menjadi lebih banyak
S&P mencontohkan, GoPay yang ada di ekosistem Gojek. Layanan fintech pembayaran ini pun bisa digunakan untuk memesan transportasi, e-commerce, pengantaran makanan hingga gim.
Begitu juga dengan OVO yang terintegrasi dengan Grab dan Tokopedia. Lalu, Shopee masuk ke bisnis ini lewat ShopeePay.
S&P mencatat, fintech terafiliasi dengan Shopee itu menyumbang 10% lebih terhadap transaksi uang elektronik di Indonesia. Ini selaras dengan riset Snapcart, yang angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:
Walaupun riset DailySocial menunjukkan bahwa GoPay masih memimpin pada tahun ini. Angkanya terlihat pada Databoks berikut:
Di Indonesia juga ada fintech, DANA yang menjadi opsi pembayaran di platform e-commerce Bukalapak dan Lazada. Lalu, terdapat LinkAja, alternatif pembayaran di Gojek dan Grab.
Selain itu, S&P mencatat bahwa fintech di Indonesia terdongkrak banyaknya pengguna ponsel pintar (smartphone). Jumlahnya dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga menunjukkan, jumlah pengguna internet di Tanah Air mencapai 196,7 juta per kuartal II 2020. Jumlahnya meningkat 8,9% dibandingkan 2018.
S&P memperkirakan, penggunaan fintech sebagai opsi pembayaran di Indonesia terus melonjak. Namun, bank tidak tinggal diam.
Bank diprediksi memperluas layanan digital. "Bank memperluas layanan tagihan dan lainnya yang tersedia melalui aplikasi digital perbankan," demikian dikutip dari laporan.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan bahwa transaksi layanan digital bank mencapai Rp 27.036 triliun pada tahun lalu. Sedangkan tahun ini nilainya diprediksi Rp 32.206 triliun.
“Ini jauh lebih tinggi dari nominal produk domestik bruto (PDB) Indonesia kita,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara virtual bertajuk ‘Membangun Optimisme Pasca Pandemi Covid-19’, akhir pekan lalu (22/1).
Transaksi layanan digital bank terdongkrak penggunaan e-commerce yang melonjak selama pandemi corona. BI memperkirakan, transaksi e-commerce naik 33,2% menjadi Rp 337 triliun pada tahun ini.
Sedangkan pada tahun lalu, nilainya diperkirakan Rp 253 triliun atau meningkat dibandingkan 2019 Rp 205,5 triliun.
Transaksi layanan digital bank juga terdorong penggunaan uang elektronik yang naik 32,3% dari Rp 201 triliun tahun lalu menjadi Rp 266 triliun pada 2021. “Sekitar 15 bank sangat agresif merambah layanan digital,” kata Perry. “Pandemi corona mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan. Ini luar biasa.”
Angka transaksi menggunakan uang elektronik per Juli 2020 dapat dilihat pada Databoks di bawah ini: