Marak Bank Digital, Fintech Modal Rakyat Gaet Neo Commerce & Bank Jago

Fahmi Ahmad Burhan
15 Juni 2021, 12:12
Head of Partnership Lending Acquisition Bank Jago Michael Jermia Tjahjamulia (kiri) dan Direktur Utama Modal Rakyat Hendoko Kwik saat penandatanganan kerja sama kedua perusahaan, Selasa (15/6/2021).
Modal Rakyat
Head of Partnership Lending Acquisition Bank Jago Michael Jermia Tjahjamulia (kiri) dan Direktur Utama Modal Rakyat Hendoko Kwik saat penandatanganan kerja sama kedua perusahaan, Selasa (15/6/2021).

Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Modal Rakyat gencar menggaet bank digital. Setelah Bank Neo Commerce, kini perusahaan menggaet Bank Jago yang didukung oleh Gojek.

Modal Rakyat menargetkan penyaluran pinjaman Rp 50 miliar kepada 100 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lewat kerja sama dengan Bank Jago. Setiap pelaku bisnis, bisa memperoleh kredit hingga Rp 2 miliar dengan tenor sampai enam bulan.

Sebelumnya, Modal Rakyat menggandeng bank digital lain yaitu Neo Commerce. Keduanya juga menargetkan penyaluran pinjaman Rp 50 miliar untuk UMKM.

Pembiayaan yang diberikan kepada UMKM merupakan jenis invoice financing atau PO financing degan kredit hingga Rp 2 miliar.

Direktur Utama Modal Rakyat Hendoko Kwik mengatakan, fintech lending membutuhkan dukungan pemberi pinjaman (lender) seperti institusi perbankan agar bisa menopang kebutuhan UMKM. Oleh karena itu, perusahaan gencar menggaet bank, termasuk bank digital.

"Kami selalu membuka peluang kerja sama dengan lembaga keuangan baik perbankan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), startup, dan pemerintah,” kata Hendoko dalam siaran pers, Selasa (15/6).

Hingga saat ini, Modal Rakyat memiliki 11.946 pemberi pinjaman individu dan 15 institusi. Sejak 2018 hingga saat ini, perusahaan menyalurkan total pembiayaan lebih dari Rp 1,2 triliun kepada puluhan ribu UMKM di Indonesia. 

Sebanyak 99,6% pinjaman disalurkan kepada UMKM produktif. Mayoritas pelaku usaha yang mendapatkan kredit di Pulau Jawa, yakni 91,2%. Hanya 8,8% di luar Jawa.

Dari sisi sektor, 47,78% atau Rp 561,3 miliar dialirkan ke perusahaan teknologi dan informasi. Lalu 27,52% atau Rp 330,24 miliar ke sektor perdagangan.

Sedangkan sisanya Rp 308,5 miliar tersebar ke sektor arsitektur dan konstruksi, fashion, logistik, kesehatan, permesinan hingga manufaktur.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, semakin banyak fintech lending yang menggaet bank sejak tahun lalu. Ini dapat dilihat dari porsi lender institusi yang meningkat dari 0,2% pada Januari menjadi 1,1% per November 2020.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan, porsi lender institusi di fintech lending terus meningkat. "Bahkan bisa mencapai 2-5% tahun ini," ujarnya kepada Katadata.co.id, pada Februari (25/2). "Ini karena ada keuntungan bersama.”

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...