Ilmuwan Meramal Aset Kripto Bitcoin ‘Hilang’ dalam Waktu Dekat
Akademisi di Cornell University Eswar Prasad memperkirakan, popularitas bitcoin memudar dalam waktu dekat. Ini karena muncul ratusan uang kripto (cryptocurrency) baru yang dinilai lebih menarik.
“Bitcoin mungkin tidak bertahan lebih lama,” ujar profesor senior bidang kebijakan perdagangan internasional itu dalam acara Squawk Box Europe CNBC dikutip akhir pekan lalu (18/12).
Ia mencatat, harga bitcoin sangat fluktuatif selama beberapa tahun terakhir. Dalam sebulan terakhir harganya turun dari sekitar US$ 58.000 menjadi kurang dari US$ 46.000.
Harga bitcoin sebenarnya sempat anjlok dalam setelah menyentuh rekor. Harganya mencapai US$ 19.829 pada Desember 2017, lalu terus melorot hingga di bawah US$ 4.000.
Namun beberapa analis menilai, penurunan itu karena aset kripto diwarnai investor ritel. Sedangkan dua tahun terakhir, investor institusi seperti PayPal dan Tesla mulai masuk.
Akan tetapi, Prasad menyampaikan bahwa dulu hanya ada beberapa aset kripto. Kini, jumlahnya ratusan dan beberapa di antaranya dinilai lebih berguna dan ramah lingkungan ketimbang bitcoin.
“Penggunaan bitcoin atas teknologi blockchain sangat tidak efisien,” kata Prasad, yang merupakan penulis ‘The Future of Money: How the Digital Revolution is Transforming Currencies and Finance’.
Ia pun menyebutkan bahwa jejak karbon bitcoin lebih besar di Selandia Baru.
Prasad mengatakan, beberapa uang kripto baru menggunakan teknologi blockchain jauh lebih efisien daripada bitcoin.
Dia percaya bahwa teknologi blockchain akan secara fundamental transformatif. “Mengingat bahwa bitcoin tidak berfungsi dengan baik sebagai alat tukar, saya tidak berpikir itu akan memiliki nilai fundamental selain dari keyakinan investor apa pun yang dimilikinya,” kata Prasad.
Selain itu, kripto mendorong bank sentral di banyak negara untuk membuat uang digital sendiri atau Central Bank Digital Currency (CBDC). Ini bermanfaat karena dapat menjadi opsi pembayaran berbiaya rendah.
Uang digital buatan bank sentral juga bisa diakses oleh semua orang. Ini meningkatkan inklusi keuangan dan berpotensi stabilitas keuangan.
“Meskipun Anda mungkin tidak menyukai bitcoin, bitcoin benar-benar memicu revolusi yang pada akhirnya dapat menguntungkan kita semua baik secara langsung maupun tidak langsung,” kata Prasad.