Mengenal Investasi ETF yang Tren di Korea Selatan Berkat Metaverse
Korea Selatan gencar mengembangkan metaverse. Tren ini pun membuat investasi exchange traded fund (ETF) diminati oleh warga Negeri Ginseng.
ETF adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. Meskipun ETF pada dasarnya reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.
ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
Ada empat ETF metaverse pertama yang diluncurkan di Korea Selatan pada Oktober 2021. “Itu menarik arus masuk US$ 100 juta kurang dari dua minggu,” kata mitra pengelola penyedia indeks Indxx Rahul Sen Sharma dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (16/2).
Bulan lalu, ada delapan ETF metaverse yang terdaftar di Korea Selatan. Empat di antaranya yakni:
- KODEX K-Metaverse Active dari Samsung Asset Management
- Hanaro Fn K-Metaverse MZ dari NH Amundi Asset Management
- KBSTAR iSelect Metaverse dari KB Asset Management
- Tiger Fn Metaverse dari Mirae Asset Global Investment.
Peluncuran delapan ETF itu menarik lebih dari US$ 1 miliar arus masuk, menurut data dari Samsung Asset Management, yang meluncurkan dua ETF. Rinciannya sebagai berikut:
- Lebih dari US$ 800 juta di antaranya masuk ke empat ETF yang berfokus pada saham terkait metaverse Korea Selatan
- Lebih dari US$ 338 juta disalurkan ke ETF metaverse global
Tren ETF membuat harga saham emiten yang merambah metaverse melonjak. Sharma mengatakan, industri Korean Pop atau K-pop diperkirakan memainkan peran ‘integral’ dalam mengembangkan metaverse.
Dia mencatat sejumlah pengumuman baru-baru ini terkait proyek infrastruktur metaverse K-pop dan non fungible token (NFT). Media lokal melaporkan, banyak grup dan label K-pop meluncurkan merchandise NFT, mengadakan konser dan acara penggemar di metaverse.
Tren metaverse itu kemudian mendorong minat masyarakat Korea Selatan terhadap ETF. “Lebih dari 70% arus masuk ke ETF metaverse domestik dan global di Korea Selatan berasal dari investor ritel,” menurut data Samsung Asset Management.
Sharma menilai, metaverse merupakan salah satu topik utama yang paling banyak dibicarakan di Korea Selatan pada tahun lalu.
“Angka aliran dana yang tinggi ini mewakili pandangan yang umumnya positif terhadap tema metaverse, selain perkembangan yang menggambarkan semakin populernya masyarakat dan pemerintah Korea Selatan,” kata Sharma.
Sharma mengatakan, investor ritel di Asia Pasifik mendorong pertumbuhan ETF secara lebih luas. Dia mencatat jumlah investor ritel Australia di ETF melonjak 33% tahun lalu.
Mengutip laporan Euroclear baru-baru ini, Sharma mengatakan bahwa permintaan di Asia Pasifik untuk ETF akan meningkat dari US$ 1,5 triliun menjadi US$ 5 triliun selama lima tahun ke depan.
Sebaliknya, kepemilikan investor ritel Amerika Serikat (AS) atas ETF menurun dibandingkan investor institusional. Penasihat investasi memiliki hampir 40% ETF yang terdaftar di AS. Porsinya melonjak dibanding lima tahun lalu 35%, menurut data dari Citi.
Sedangkan kepemilikan ETF oleh investor ritel di AS turun dari 40% lima tahun lalu menjadi 38,5%.
Di Indonesia, pilihan investasi yang diminati sebagai berikut:
Apa Itu ETF?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan ETF sebagai reksa dana yang kinerjanya mengacu pada indeks tertentu. Sedangkan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
ETF ditransaksikan di pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana yakni pasar tempat efek-efek diperdagangkan untuk pertama kalinya sebelum dicatatkan di bursa efek.
Di pasar perdana, ETF ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi melalui perantara pedagang efek (broker - dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham.
Sedangkan pasar sekunder ialah pasar di mana efek yang telah dicatatkan di bursa efek diperjual belikan. Para investor dapat membeli atau menjual efek yang tercatat di bursa, setelah terlaksananya penawaran perdana.
Di pasar sekunder, efek-efek diperdagangkan dari satu investor kepada investor lainnya.
“Biaya transaksi disesuaikan dengan biaya komisi broker,” demikian dikutip dari laman BEI.
Ada 49 ETF yang tercatat di BEI. Pengawasan ETF dilakukan oleh tiga pihak, yakni OJK, BEI dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Tujuan dari berinvestasi ETF sebagai berikut:
- Diversifikasi: Secara otomatis atas beberapa saham unggulan dalam sekali order
- Fleksibilitas: Memanfaatkan fleksibilitas jual/beli yang tinggi, karena dapat langsung melakukan pembelian maupun penjualan ETF selama jam bursa berlangsung selayaknya saham