Ukraina Dapat Donasi Bitcoin dan Ethereum Rp 186 M untuk Lawan Rusia
Pemerintah Ukraina mendapatkan donasi uang kripto (cryptocurrency) bitcoin dan ethereum total US$ 13 juta atau Rp 186 miliar. Dana ini akan digunakan untuk memasok peralatan pasukan Ukraina seiring invasi Rusia sepekan terakhir.
Donasi itu mulai dikumpulkan ketika pasukan Rusia merebut dua kota kecil di tenggara Ukraina, serta daerah di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir. Sejak perebutan itu, akun Twitter resmi Pemerintah Ukraina mengajukan permohonan donasi kripto.
Pemerintah Ukraina juga memberi tahu alamat dompet digital untuk token bitcoin dan ethereum.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov juga mencuit alamat dompet digital untuk kripto itu di Twitter. "Berdirilah dengan rakyat Ukraina. Sekarang terima sumbangan mata uang kripto," kata Fedorov dikutip dari Reuters, Minggu (28/2).
Kementerian Transformasi Digital Ukraina mengonfirmasi bahwa cuitan pemerintah dan Fedorov itu asli. "Bagaimana kami akan menggunakan uang? Untuk menghancurkan sebanyak mungkin tentara Rusia," kata kementerian.
Berdasarkan data perusahaan analisis blockchain Elliptic, alamat dompet digital milik pemerintah itu telah menerima kripto US$ 12,8 juta. Perusahaan melacak pergerakan aset digital itu di blockchain.
"Donasi kripto itu juga tercatat terus melonjak," kata Elliptic.
Sumbangan kripto datang dari sukarelawan Ukraina dan kelompok-kelompok peretasan. Hasil donasi digunakan untuk memasok peralatan pasukan pemerintah Ukraina.
Daya tarik urun dana (crowdfunding) kripto belum pernah terjadi sebelumnya. Padahal, beberapa negara seperti El Salvador telah menggunakan mata uang kripto untuk pengembangan negaranya.
Namun harga bitcoin dan ethereum sempat anjlok setelah invasi Rusia ke Ukraina pekan lalu (24/2). Berdasarkan data dari Coindesk, harga bitcoin turun dari US$ 39 ribu menjadi US$ 34 ribu dalam sehari invasi. Sedangkan ethereum melorot dari US$ 2.742 menjadi US$ 2.331.
Ekonom di Vienna Institute for International Economic Studies Philipp Heimberger mengatakan, penurunan harga kripto itu karena invasi Rusia ke Ukraina. Penurunan menunjukkan bahwa cryptocurrency merupakan pilihan yang buruk bagi investor ketika mencari stabilitas dalam periode gejolak pasar.
Itu berbeda dengan lindung nilai tradisional yang cenderung menguat saat terjadi krisis perang, seperti emas. “Bitcoin dan kripto lainnya bukanlah lindung nilai yang baik terhadap risiko geopolitik,” kata Heimberger dikutip dari New York Post, pekan lalu (24/2).
Harga kripto mulai pulih sehari setelahnya atau pada Jumat (25/2). Harga bitcoin meningkat 9,6% menjadi US$ 38.756. Ethereum juga melonjak 3% ke angka US$ 2.617.
Hari ini (1/3) harga bitcoin juga menguat 13% dalam 24 jam terakhir ke angka US$ 43.331. sedangkan, ethereum menguat menjadi senilai US$ 2.927.