Riset: Biaya Hidup Naik, Milenial Makin Sering Berutang di Pinjol dan Paylater

Desy Setyowati
2 Juli 2025, 06:00
pinjol, paylater,
ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.
Sejumlah anak membaca bersama di dekat dinding bermural di kawasan Tempurejo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/9/2021).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Riset YouGov menunjukkan masyarakat Indonesia mengurangi tabungan atau bahkan sulit menabung, karena biaya hidup yang meningkat. Jumlah orang yang mengutang di pinjaman online alias pinjol maupun paylater pun meningkat.

Lembara riset konsumen global, YouGov melakukan survei terhadap 2.067 responden berusia 18 tahun ke atas di Indonesia selama 17 – 21 April. Data ditimbang berdasarkan demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, dan wilayah, agar mewakili populasi nasional sesuai proyeksi terbaru dari BPS alias Badan Pusat Statistik.

Separuh responden mencatatkan kenaikan pengeluaran, terutama untuk bahan makanan (34%), pendidikan (25%), dan tabungan (24%). Responden muda lebih banyak memangkas kebutuhan esensial, dan generasi lebih tua cenderung mengurangi pengeluaran gaya hidup.

Sebanyak 53% responden yang merupakan pekerja penuh waktu menabung lebih sedikit dari rencana. Hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.

Di kalangan yang tidak bekerja secara formal, 33% tidak bisa menabung sama sekali dan bahkan 18% menggunakan tabungannya.

Meski sebagian masyarakat mulai lebih disiplin misalnya, mencatat pengeluaran atau menunda pembelian besar, banyak yang tetap berfokus pada kebutuhan jangka pendek. Selain itu, 37% responden mulai menggunakan dana darurat.

Untuk menghadapi tekanan biaya hidup, banyak masyarakat menjadikan pinjaman sebagai solusi. Lebih dari setengah responden (54%) mengambil pinjaman dalam 12 bulan terakhir, terutama dari kalangan Milenial (59%) dan Gen X ke atas (58%).

Sebanyak 36% semakin sering menggunakan pinjol atau menjual barang berharga. Lebih dari seperempat responden meningkatkan penggunaan kredit bank (28%), layanan paylater (27%), dan pinjaman dari keluarga atau teman (27%).

Generasi sandwich, yang menopang anak sekaligus orang tua atau saudara, mengambil pinjaman lebih banyak (62%) dan memanfaatkan berbagai jenis sumber kredit dibanding kelompok non-sandwich.

Meski begitu, mayoritas responden (70%) masih mampu membayar pinjaman tepat waktu. Kelompok non-sandwich lebih sering mengalami keterlambatan atau gagal bayar (23%), sedangkan kelompok sandwich cenderung membayar sebagian (13%).

“Meski menghadapi pengeluaran yang meningkat dan pendapatan yang stagnan, masyarakat Indonesia tetap mampu beradaptasi secara praktis. Mereka mengurangi pengeluaran non-esensial, memanfaatkan kredit dan beradaptasi dengan tekanan finansial melalui langkah nyata,” kata General Manager YouGov Indonesia Edward Hutasoit dalam keterangan pers, Selasa (1/7).

YouGov mengungkapkan, meski 46% responden menyatakan pendapatan tidak berubah dan 18% justru turun, dua dari tiga orang Indonesia tetap optimistis terhadap kondisi finansial mereka ke depan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...