Ayoconnect Tunjuk Eks Direktur Taspen Jadi Penasihat Strategis
Ayoconnect menunjuk mantan direktur Taspen Faisal Rachman sebagai penasihat strategis atau special advisor bagi CEO Ayoconnect Group Chiragh Kirpalani. Startup ini sempat diduga melakukan transaksi mencurigakan, dan sudah dibantah.
Penunjukkan Faisal Rachman sebagai penasihat strategis Ayoconnect itu efektif per 1 Oktober. Hal ini dilakukan menyusul berbagai dinamika yang berkembang di industri teknologi finansial dan meningkatnya perhatian publik terhadap integritas operasional perusahaan.
Langkah itu merupakan bagian dari upaya Ayoconnect memperkuat tata kelola korporasi, meningkatkan transparansi, serta memastikan keberlanjutan dan kepercayaan di tengah proses restrukturisasi internal yang sedang berjalan.
Faisal Rachman dipilih karena memiliki pengalaman di industri keuangan lebih dari 30 tahun, baik di sektor BUMN maupun swasta. Kariernya dimulai di PT Taspen (Persero) sebagai corporate secretary sebelum menjabat sebagai direktur research, planning, dan IT.
Ia juga pernah menjabat sebagai direktur operasional dan marketing di PT Arthaloka. Faisal juga aktif sebagai anggota Komite Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) sejak 2004.
Dengan rekam jejak panjang tersebut, kehadiran Faisal Rachman diharapkan dapat memberikan bimbingan strategis dalam memperkuat manajemen risiko, tata kelola, serta hubungan Ayoconnect dengan ekosistem perbankan dan klien enterprise.
Direktur Utama Ayoconnect Group Chiragh Kirpalani menyambut bergabungnya Faisal Rachman sebagai langkah penting dalam memperkuat fondasi perusahaan menuju fase pertumbuhan berikutnya.
“Ayoconnect sedang berada pada tahap penting menuju kematangan organisasi. Kami menyadari perlunya memperkuat tata kelola dan memastikan struktur manajemen kami lebih kokoh, transparan, dan siap untuk tumbuh berkelanjutan,” ujar Chiragh.
“Bergabungnya Bapak Faisal Rachman akan membantu kami memperdalam praktik governance dan menyiapkan perusahaan untuk menghadapi tantangan di sektor sistem pembayaran yang semakin kompleks,” Chiragh menambahkan.
Faisal menegaskan kesiapan untuk membantu Ayoconnect melalui masa transisi dan memastikan perusahaan berada pada jalur yang benar menuju stabilitas dan pertumbuhan.
“Saya melihat semangat pembelajaran dan komitmen dari manajemen Ayoconnect untuk memperkuat integritas serta posisi mereka di industri fintech nasional. Saya percaya, dengan tata kelola yang lebih baik dan kemitraan yang kuat bersama regulator serta lembaga keuangan, Ayoconnect dapat terus berkontribusi secara positif bagi ekosistem pembayaran di Indonesia,” ujar Faisal.
Ayoconnect merupakan penyedia solusi sistem pembayaran digital dan produk finansial terintegrasi. Startup ini memiliki lisensi Penyelenggara Jasa Pembayaran alias PJP Kategori 1 dari Bank Indonesia, mencakup pengelolaan uang elektronik dan jasa pembayaran.
Klien Ayoconnect mencakup lebih dari 140 perusahaan, termasuk Bank Mandiri, BRI, BSI, serta berbagai bank digital dan lembaga keuangan lainnya per tahun lalu.
Startup itu tengah melakukan peninjauan internal terhadap tata kelola dan prosedur operasional, sebagai bagian dari komitmen untuk memastikan seluruh aktivitas bisnis berjalan sesuai prinsip kepatuhan, transparansi, dan tanggung jawab.
Penunjukan Faisal Rachman telah mendapatkan dukungan dari Dewan Komisaris dan pemegang saham utama, termasuk Ilham Habibie, Mandiri Capital, BRI Ventures, serta investor fintech global Finch Capital.
Ayoconnect Bantah Ada Transaksi Mencurigakan
Ayoconnect sebelumnya disebut tengah menghadapi audit eksternal terkait transaksi mencurigakan, dikutip dari DealStreetAsia. Katadata.co.id beberapa kali mengonfirmasi hal ini kepada perusahaan maupun Mandiri Capital Indonesia, namun belum ada tanggapan.
Akan tetapi, Ayoconnect telah membantah kabar adanya transaksi mencurigakan US$ 5 juta saat menjalani audit yang diprakarsai oleh salah satu investor yakni Mandiri Capital Indonesia.
Chiragh mengatakan dugaan transaksi mencurigakan itu merupakan kesalahpahaman dan akan diklarifikasi setelah audit selesai.
Mandiri Capital Indonesia memulai audit, karena awalnya mempertimbangkan untuk bergabung dengan putaran pendanaan jembatan Ayoconnect US$ 2 juta. Pendanaan jembatan adalah pinjaman jangka pendek yang berfungsi menjembatani kesenjangan finansial sementara, menunggu pendanaan jangka panjang atau permanen datang.
Namun, karena nilai putaran pendanaan yang lebih rendah, Mandiri Capital Indonesia melakukan uji tuntas sebagaimana kebijakan internal. Perusahaan modal ventura milik negara ini akhirnya tidak ikut dalam penggalangan dana yang ditutup pada Agustus itu.
Proses audit yang dilakukan oleh pihak ketiga eksternal itu telah berjalan selama tiga bulan. Namun, Chiragh belum dapat memastikan kapan audit selesai.
"Audit ini mencakup seluruh bisnis mulai dari pembukuan, prosedur operasi standar, dan proses, ini bukan hanya satu transaksi," ujar Chiragh dikutip dari Tech in Asia, bulan lalu (25/9). "Kami sepenuhnya mendukung, serta menyediakan akses ke semua data dan catatan bagi auditor."
Ayoconnect mendapatkan pendanaan jembatan dari investor lama Finch Capital. ION Pacific berpartisipasi dalam putaran investasi ini.
Chiragh menekankan bahwa semua investor yang bergabung dalam putaran pendanaan itu telah diberitahu tentang audit sejak awal. Selain itu, pendanaan baru ini akan memberikan ‘dorongan terakhir’ bagi Ayoconnect untuk mencapai profitabilitas.
Perusahaan menargetkan profitabilitas pada beberapa kuartal mendatang, dengan mengacu pada tingkat bakar uang yang lebih rendah dan peningkatan margin.
Dengan pendanaan terbaru itu, runway Ayoconnect diperpanjang menjadi sekitar 22 hingga 24 bulan. Runway adalah istilah berapa lama bagi startup untuk bertahan dengan uang kas yang ada sebelum kehabisan dana.
Perusahaan telah mengumpulkan total pendanaan yang diungkapkan hampir US$ 50 juta.
Ayoconnect didirikan pada 2016 oleh mantan direktur pelaksana Lazada Jakob Rost , bersama Chiragh Kirpalani dan Adi Vora. Startup ini menyediakan solusi API pembayaran lengkap untuk bisnis, terutama menawarkan debit langsung, kartu virtual, transfer tunai instan, dan produk digital seperti pembayaran tagihan telekomunikasi, listrik, dan air.
