Grab Rencana Garap Bisnis Daur Ulang Ponsel di Indonesia
Perusahaan layanan on-demand Grab mengkaji peluang berbisnis di daur ulang ponsel di Indonesia. Pemerintah mengajak Grab untuk berinvestasi dalam industri daur ulang ponsel karena potensinya yang besar untuk mendukung ekonomi digital nasional.
Grab menyatakan masih berdiskusi dengan pemerintah mengkaji peluang bisnis industri daur ulang ponsel itu. "Grab sepakat dengan pentingnya keberadaan ponsel yang terjangkau dan tengah berdiskusi dengan pemerintah mengenai hal ini (daur ulang ponsel)," kata Deputy Head of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Munusamy kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
(Baca: Resmi Beroperasi, Mobil Listrik Grab Baru Layani Bandara Soetta)
President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menjelaskan daur ulang atau remanufacturing untuk menghasilkan ponsel-ponsel yang lebih terjangkau di masyarakat guna meningkatkan potensi ekonomi digital di Indonesia yang diproyeksi mencapai USS$ 100 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto saat sesi diskusi panel Tech For Good dan makan siang bersama Grab di World Economic Forum 2020 pekan lalu menyatakan bahwa keberadaan ponsel pintar dengan harga terjangkau sangat penting untuk meningkatkan perekonomian digital bagi sebanyak mungkin penduduk Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun menyatakan telah membahas rencana tersebut dengan Grab. "Saya juga sudah berbicara dengan pihak Grab. Mereka ada niat melakukan investasi remanufacturing dari mobile phone yang sudah relatif tua atau sudah rusak, yang nantinya menjadi mobile phone baru," kata Agus dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu (26/1).
(Baca: Nomor Ponsel Wartawan Senior Dibobol, Kominfo Panggil Semua Operator)
Menurut Agus, industri ponsel di dalam negeri mengalami pertumbuhan jumlah produksi yang cukup pesat selama lima tahun terakhir. Data dari Kemenperin pada 2018 menunjukan, produksi industri Handphone, Komputer dan Tablet (HKT) mencapai 74,7 juta unit. Jumlah itu meningkat 23% dari 2017 yang memproduksi sekitar 60,5 juta unit.
Berdasarkan data neraca perdagangan, produk HKT menunjukkan tren yang positif. Catatan ekspor industri HKT di periode Januari sampai Agustus tahun lalu mencapai US$ 333,8 juta. Jumlah itu lebih tinggi daripada impor pada periode yang sama senilai US$ 145,4 juta.
Dari perkembangan pesat industri HKT itu, Agus menyatakan ingin memberikan perlindungan untuk produsen dalam negeri, termasuk pada penggunanya. Ia juga berharap, investasi di industri daur ulang ponsel bisa menekan masuknya ponsel ilegal ke Indonesia yang berpotensi menimbulkan kerugian negara.
(Baca: Beda Siasat Grab dan Gojek Kembangkan Layanan Pesan-Antar Makanan)
"Pemerintah menerbitkan kebijakan tentang International Mobile Equipment Identity (IMEI), yang akan membuat industri dan pasar kita terlindungi dari barang black market. Selain itu, pelanggan akan terjamin dengan produk yang berkualitas," kata Agus.
Sejauh ini Grab telah berkontribusi pada pengembangan dua pedoman industri yang tengah berkembang. Pertama pada platform ekonomi, kedua teknologi kecerdasan buatan (AI). Di Indonesia, selain tengah gencar membangun jaringan transportasi perkotaan yang ditopang oleh kendaraan listrik (electric vehicle), Grab pun mencoba menjajal layanan kesehatan.
Sejak tahun lalu Grab sudah membuat roadmap untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Sudah ada 20 mobil listrik dan 20 motor listrik yang diuji coba Grab. Perusahaan asal Singapura itu juga ini akan mengembangkan solusi geo-mapping untuk mendorong adopsi teknologi di Indonesia.
Selain transportasi, Grab pun merambah layanan e-healthcare. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akses kepada layanan dokter dan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
(Baca: Gojek dan Grab Respons Rencana DPR Usut Pajak Mitra Driver Ojek Online)