Pengguna TikTok Hampir 700 Juta per Bulan
Pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAU) TikTok hampir mencapai 700 juta per Juli. Jumlah unduhan aplikasi video pendek asal Tiongkok ini pun menembus dua miliar kali pada bulan ini.
Jumlah pengguna aktif bulanan TikTok terus meningkat dibandingkan awal kehadirannya, yang hanya 55 juta pada Januari 2018. Jumlahnya melonjak menjadi 271,2 juta pada akhir 2018.
Lalu, meningkat lagi menjadi 507,6 juta pada akhir tahun lalu. Kini, jumlah pengguna aktif bulanannya mencapai 689,2 juta.
Namun, jumlah tersebut masih tertinggal dibandingkan Facebook yang memiliki sekitar 2,7 miliar pengguna aktif bulanan secara global. Jumlah ini mencakup platform Facebook, Facebook Messenger, Instagram, dan WhatsApp.
Sedangkan berdasarkan data Statistita, jumlah pengguna aktif bulanan Instagram menyentuh 1 miliar pada Juni 2018.
Di tengah persaingan dengan Facebook, TikTok menghadapi tekanan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. AS memberikan waktu 90 hari kepada TikTok untuk mengalihkan operasional bisnisnya dari Tiongkok ke Negeri Paman Sam.
Hal itu karena TikTok dinilai berisiko terhadap keamanan AS. Trump menuding TikTok memberikan data pengguna kepada pemerintah Tiongkok.
Apalagi, pengguna TikTok di Negeri Paman Sam mencapai 91,94 juta per Juni lalu. Jumlahnya melonjaknya dibandingkan Oktober 2019 yang hanya 39,9 juta.
TikTok pun mengajukan gugatan ke pengadilan atas sanksi dari Trump tersebut.
Di satu sisi, CEO Facebook Mark Zuckerberg dikabarkan memperingatkan Presiden Trump bahwa perusahaan teknologi Tiongkok mengancam bisnis di AS. “Zuckerberg berpendapat bahwa menekan perusahaan-perusahaan Tiongkok harus lebih menjadi prioritas,” demikian laporan The Wall Street Journal.
Namun, juru bicara Facebook mengatakan bahwa Zuckerberg tidak pernah menganjurkan pemerintah untuk melarang TikTok. “Dia berulang kali mengatakan secara terbuka, pesaing terbesar perusahaan teknologi AS yakni asal Tiongkok,” katanya.
Ia mengakui, bahwa Zuckerberg seringkali menyampaikan bahwa nilai-nilai yang dianut perusahaan Tiongkok tidak sejalan dengan cita-cita demokrasi AS, seperti kebebasan berbicara. “Sangat menggelikan untuk mengatakan bahwa masalah keamanan nasional yang sudah berlangsung lama, yang diangkat oleh pembuat kebijakan di kedua sisi, dibentuk oleh pernyataan Mark saja,” kata dia.