Tak Lagi Terkekang Trump, TikTok Batal Dijual ke Oracle dan Wallmart
ByteDance disebut telah membatalkan kesepakatan dengan dua perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Oracle dan Wallmart terkait penjualan operasional aplikasi TikTok di AS. Hal ini seiring dengan surutnya tekanan pemerintah AS setelah Donald Trump lengser dan digantikan Joe Biden sebagai presiden AS yang baru.
Sebelumnya ByteDance berencana menjual operasional TikTok di AS karena tekanan pemerintahan Trump yang menganggap aplikasi ini sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. TikTok dianggap sebagai ancaman lantaran memiliki data jutaan penduduk AS pengguna aplikasi tersebut.
"Tetapi sekarang Trump telah pergi, alasan kesepakatan itu hilang bersamanya," kata sumber yang mengetahui masalah ini seperti dikutip Business Insider pada Senin (15/2).
Menurut sumber tersebut, ByteDance percaya bahwa kesepakatan penjualan TikTok di AS kepada Oracle hanya menguntungkan Trump. Sebab, salah satu pendiri Oracle Larry Ellison secara terbuka mendukung mantan presiden AS tersebut.
Setelah Trump lengser, tekanan terhadap TikTok mereda. Menurut laporan The Wall Street Journal, pemerintahan AS di bawah kendali Biden menunda kesepakatan sementara antara TikTok dan Oracle.
Pemerintah AS akan meninjau kembali sanksi yang dijatuhkan kepada TikTok. "Pemerintah tidak mengambil langkah proaktif baru terhadap TikTok," kata sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki, pada pekan lalu (10/2).
Juru bicara Badan Keamanan Nasional AS, Emily Horne mengatakan bahwa Biden akan melakukan pendekatan yang berbeda dibandingkan Trump soal masalah TikTok. Pemerintahan Biden akan mempertimbangkan upaya yang sudah dilakukan TikTok dalam mengamankan data pribadi pengguna aplikasi tersebut di AS.
"Kami berencana untuk mengembangkan pendekatan komprehensif untuk mengamankan data warga AS atas berbagai ancaman yang mengintai," kata Emily.
Seperti diketahui sejak tahun lalu ByteDance menghadapi serangkaian tekanan dari pemerintah AS di bawah Donald Trump yang mengancam untuk memblokir TikTok karena dianggap mengancam keamanan nasional.
Menurut Priori Data, AS merupakan pasar terbesar kedua TikTok setelah India. Sepanjang Januari hingga Juni 2020, aplikasi ini diunduh hingga lebih dari 45 juta kali di negeri Paman Sam. Selengkapnya simak databoks berikut:
Pada Agustus 2020 Trump menandatangani dua perintah eksekutif, salah satunya melarang perusahaan AS berbisnis dengan ByteDance. Trump juga mengancam akan memblokir TikTok di AS jika Bytedance tidak melepaskan kendali operasinya di sana.
Trump kemudian memberikan waktu kepada ByteDance, untuk menjual operasional TikTok di AS maksimal 45 hari terhitung sejak penandatanganan perintah eksekutif itu.
Atas desakan itu, ByteDance pun sempat berencana membentuk TikTok Global untuk operasional di AS. Perusahaan asal AS, Oracle akan mempunyai 12,5% dan Walmart 7,5% saham.
Namun, hingga batas waktu yang sudah ditentukan, bahkan hingga saat ini pembentukan anak usaha ByteDance di AS itu belum juga dilakukan. Kemudian, hakim AS memutuskan untuk menunda sementara kebijakan Trump, sehingga aplikasi TikTok masih dapat diunduh dan diperbarui di App Store maupun Google Play Store.
Di sisi lain, media yang didukung oleh Partai Komunis Tiongkok, Global Times, menulis editorial yang menilai kesepakatan pembelian TikTok di AS oleh Oracle dan Wallmart sebagai penindasan terhadap keamanan, kepentingan, dan martabat Negeri Panda.
Kesepakatan ByteDance dengan Oracle dan Walmart juga dinilai sebagai paksaan. Menurut editorial yang ditulis pemimpin redaksi Global Times Hu Xijin perusahaan Tiongkok yang sukses memperluas bisnis ke negara lain akan menjadi sasaran AS.
"Kesepakatan itu tidak adil. Namun dapat meringankan beban ByteDance ketimbang menutup penuh operasional TikTok di AS," tulis Hu.