Warga Jakarta Hati-hati Olahraga Pagi Hari, Pantau Kualitas Udaranya
Pandemi corona telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu perubahan tersebut yaitu peningkatan aktivitas olahraga masyarakat yang dilakukan di luar ruangan seperti bersepeda, berlari, bermain futsal, atau hanya sekadar berjalan kaki.
Peningkatan aktivitas olahraga di luar ruangan terutama terjadi pada pagi hari antara pukul 4 hingga 9 pagi. Pertimbangannya adalah lalu lintas yang lebih sedikit olahraga nampaknya lebih aman pada jam-jam ini sehingga polusi udara dianggap pada level minimal.
Namun warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) wajib berhati-hati jika ingin berolahraga pada waktu tersebut. Pasalnya, berdasarkan pantauan kualitas udara menggunakan aplikasi Nafas, tingkat polusi udara di Jabodetabek sering melebihi tingkat yang aman untuk berolahraga.
Jakarta, pada Januari 2020 pun sempat dinobatkan sebagai ibu kota paling tercemar ke-3 di dunia, dengan rata-rata polusi udara tahunan “tidak sehat”. Bahkan tingkat polusi Jakarta melebihi Beijing, Tiongkok.
Aplikasi Nafas memantau kualitas udara melalui sensor yang tersebar di 45 lokasi, yang akan memberikan data secara real time kepada pengguna. Sensor tersebut mengukur berbagai polutan di udara, mengukur suhu, tekanan barometrik, kelembaban, dan tiga jenis particulate matter (PM), yakni PM1, PM2.5, dan PM10.
Pada Agustus 2020, misalnya, menurut pantauan aplikasi Nafas, tingkat PM2.5 di Jabodetabek pada pukul 4 - 9 pagi berkisar 81 - 118 µg/m3, atau memiliki Air Quality Index (AQI) 164 - 185 atau "tidak sehat" dengan meningkatnya kemungkinan efek samping dan gangguan pada jantung dan paru-paru di kalangan masyarakat umum.
Adapun kualitas udara rata-rata pada Agustus 2020 di Jabodetabek memiliki AQI 153 dan terus membaik selama beberapa bulan ke depan hingga November. Ini terlihat dari AQI September 141 dan Oktober 114, walau sedikit memburuk pada November dengan AQI 117.
Pada November, kualitas udara terbaik justru terjadi pada pukul 9 pagi hingga 17 sore dengan rata-rata AQI 80. Sedangkan kualitas udara terburuk terjadi pada pukul 12 tengah malam dengan AQI 142.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mendaftarkan PM2.5 sebagai polutan paling berbahaya bagi tubuh manusia. Polutan ini terdiri dari natrium klorida, amonia, karbon hitam, debu mineral, dan air.
PM2.5 sangat berbahaya karena ukurannya yang cukup kecil untuk masuk jauh ke dalam paru-paru dan memasuki sistem darah. Banyak penyakit jangka pendek dan jangka panjang yang dikaitkan dengan polutan ini, seperti asma, batuk dan mengi, bronkitis kronis, penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru, termasuk alzheimer.
Co-founder sekaligus Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski mencatat bahwa minat untuk berolahraga di luar ruangan meningkat selama pandemi virus corona. Ini karena terlalu lama beraktivitas di rumah. Dia mengatakan bahwa berolahraga di luar ruangan ketika kualitas udara buruk akan berdampak negatif bagi kesehatan.
Mengacu pada studi University of Cambridge, jika level PM2.5 mencapai ambang batas atau 100, maka berolahraga atau beraktivitas di luar rumah lebih dari 90 menit justru berpengaruh buruk bagi kesehatan. "Jangan sampai risiko kesehatan dari polusi udara ternyata melebihi manfaat berolahraga," katanya.
Sehingga, warga Jabodetabek bisa memanfaatkan aplikasi Nafas untuk memastikan kualitas udara sebelum berolahraga yang tersedia untuk Android maupun iOS.
Aplikasi ini juga akan memberikan notifikasi apabila kualitas udara memburuk. Lokasi dengan kualitas udara tidak sehat (AQI 151 - 200) akan ditandai dengan warna merah dengan imbauan untuk menyalakan air purifier atau pembersih udara di dalam rumah.
Lokasi dengan kualitas cukup buruk atau tidak sehat untuk orang yang sensitif akan ditandai warna oranye pekat (AQI 101 - 150) dengan imbauan untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan. Lokasi dengan kualitas udara sedang/moderat ditandai kuning (AQI 51 - 100).
Sedangkan wilayah dengan kualitas udara bagus akan ditandai dengan warna hijau (AQI 0 - 50). Ada juga indikator kualitas udara sangat tidak sehat (AQI 201 - 300) dengan warna ungu, dan kualitas udara berbahaya (AQI 301+) dengan warna coklat.
Jika level PM2.5 mencapai 165 µg/m3 (AQI 173) maka durasi olahraga dianjurkan di bawah 30 menit. Jika level PM2.5 mencapai 200 µg/m3, maka pengguna tidak boleh berolahraga berat.
Pengguna juga bisa menyesuaikan waktu dan lokasi olahraga berdasarkan kualitas udara. Jika kualitas udara sedang tidak baik, maka tidak ada salahnya jika berolahraga di dalam ruangan.
Menurut pedoman WHO, kualitas udara rata-rata 24 jam adalah 25 µg/m3 dan rata-rata tahunan 10 µg/m3. Jakarta sangat sering melebih angka ini. Bahkan pada 2019 Dinas Lingkungan Hidup Jakarta melaporkan rata-rata tahunan PM2.5 mencapai 43 – 51 µg/m3.
Dampak polusi udara di Jakarta terhadap kesehatan sangat besar. Data yang tersedia dari tahun 2010 terdapat 5,5 juta kasus penyakit terkait polusi udara yang mengakibatkan biaya pengobatan langsung sebesar Rp 60,8 triliun atau lebih dari US$ 4 miliar.
The Air Quality Life Index, sebuah studi yang dirancang oleh University of Chicago, memperkirakan bahwa penduduk di Jakarta dapat kehilangan usia harapan hidup 4,8 tahun karena tingkat polusi di kota.
Menurut data yang dikumpulkan dari 2017 hingga 2019 oleh Kedutaan Besar AS di stasiun pemantauan kualitas udara mereka di Jakarta Selatan, jumlah hari "sehat" menurun sebesar 78%, dan jumlah hari Tidak Sehat meningkat lebih dari 14x.