Harga iPhone Bisa Tembus Rp 58 Juta jika Dibuat di Amerika

Desy Setyowati
15 April 2025, 13:34
harga iPhone, trump, cina,
Unsplash
Ilustrasi iPhone
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presiden Amerika Donald Trump terus berupaya membuat kebijakan untuk mendorong Apple memproduksi iPhone di dalam negeri, lewat tarif impor tinggi atas produk asal Cina. Berapa harga iPhone jika diproduksi di AS?

Analis Bank of America Securities Wamsi Mohan mengatakan dalam catatan riset pada Kamis (10/4), bahwa iPhone 16 Pro, yang saat ini dibanderol US$ 1.199 atau Rp 20,2 juta (kurs Rp16.810 per US$), dapat naik 25% menjadi US$ 1.500 atau Rp 25,2 juta jika dibuat di Amerika.

“Kenaikan itu mengukur biaya tenaga kerja di Amerika,” demikian dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (12/4). Ia memperkirakan biaya tenaga kerja untuk merakit dan menguji iPhone di AS US$ 200 per iPhone, jauh di atas Cina US$ 40.

Analis Wedbush Dan Ives menghitung pada 2 April, bahwa harga iPhone buatan Amerika bisa mencapai US$ 3.500 atau Rp 58,8 juta. Alasannya, Apple perlu menghabiskan US$ 30 miliar selama tiga tahun untuk memindahkan 10% rantai pasokan ke AS.

Para ahli mengatakan iPhone ‘buatan Amerika’ akan menghadapi tantangan serius, mulai dari mencari dan membayar tenaga kerja hingga biaya tarif yang akan ditanggung Apple untuk mengimpor komponen ke AS dalam tahap perakitan akhir.

Oleh karena itu, para analis dan peneliti industri menilai sulit untuk mewujudkan iPhone ‘buatan Amerika’. “Saya rasa itu tidak mungkin,” ujar analis Needham Laura Martin.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Penelitian di Counterpoint Research Jeff Fieldhack. “Tidaklah realistis bahwa dalam jangka waktu penerapan tarif, hal ini akan mengubah manufaktur di sini. Itu hanya khayalan belaka,” kata dia.

Apple mendesain produknya di California, tetapi produk tersebut dibuat oleh produsen kontrak, seperti Foxconn, pemasok utama perusahaan tersebut. 

Bahkan jika Apple menghabiskan banyak uang untuk membuat Foxconn atau mitra lain setuju untuk memproduksi beberapa iPhone di AS, tetap butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun pabrik dan memasang mesin.

Di satu sisi, tak ada jaminan bahwa kebijakan perdagangan Amerika tidak akan berubah lagi, yang akan membuat pabrik tersebut kurang bermanfaat.

Saat ini, Apple memproduksi lebih dari 80% produk di Cina. Trump mengenakan tarif impor 20% dan tarif resiprokal alias timbal balik 125% atas produk asal Tiongkok.

Tarif itu semestinya berlaku pada 12 April. Namun pada Sabtu waktu setempat (12/4), Bea Cukai dan Patroli Perbatasan Amerika mengatakan HP hingga laptop akan dikecualikan dari tarif impor.

Akan tetapi, Trump membantah adanya pengecualian kebijakan terkait tarif impor untuk iPhone hingga gadget Samsung asal Cina. “Produk-produk ini hanya pindah ke 'kelompok' tarif yang berbeda,” kata Trump melalui media sosial, dikutip dari BBC, Senin (14/4).

“Kami sedang mencermati semikonduktor dan seluruh rantai pasokan elektronik dalam ‘Investigasi Tarif Keamanan Nasional’ yang akan datang,” Trump menambahkan.

Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan pada Minggu (13/4) waktu setempat, gadget seperti iPhone hingga Samsung akan dikenakan tarif semikonduktor sebagai gantinya.

Pungutan baru itu akan menjadi tambahan pada sejumlah tarif global yang diberlakukan AS awal bulan ini, yang kemudian dihentikan selama 90 hari. “Kami memerlukan obat-obatan, semikonduktor, dan barang elektronik untuk diproduksi di Amerika," kata Lutnick.

Alasan Apple Pilih Cina Ketimbang Amerika

Apple mengalihdayakan manufaktur smartphone ke Foxconn dan Luxshare selama ini ini. Sekitar 90% iPhone diproduksi di Cina.

CEO Apple Tim Cook telah mengisyaratkan pada beberapa kesempatan mengenai alasan perusahaan memilih Cina ketimbang Amerika.

“Ada kesalahpahaman tentang Cina. Kepercayaan umum yakni perusahaan datang ke Cina karena biaya tenaga kerja murah. Saya tidak yakin bagian Cina mana yang mereka maksud, tetapi kenyataannya adalah Tiongkok sudah tidak lagi menjadi negara dengan biaya tenaga kerja murah sejak bertahun-tahun lalu,” kata Cook dalam Forum Global Fortune di Guangzhou pada 2017.

“Dan itu bukanlah alasan untuk datang ke Cina, dari sudut pandang rantai pasok. Alasannya yakni karena keterampilan, dan kuantitas keterampilan di satu lokasi, serta jenis keterampilannya,” Cook menambahkan.

Buku berjudul ‘Biografi Steve Jobs’ karya Walter Isaacson menggambarkan pertemuan antara Jobs dan Presiden AS periode 2009 – 2017 Barack Obama pada 2010 dan 2011. Saat itu, Jobs menjelaskan bahwa masalah utama Amerika yakni kekurangan 30 ribu engineer terlatih yang dibutuhkan untuk mendukung tenaga kerja pabrik iPhone.

“Apple memiliki 700 ribu pekerja pabrik yang bekerja di Cina. Itu karena Apple membutuhkan 30 ribu engineer di lokasi untuk mendukung para pekerja tersebut. Anda tidak akan menemukan banyak teknisi di Amerika yang dapat dipekerjakan," kata Jobs.

Akan tetapi, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick optimistis para pekerja akan berbondong-bondong masuk ke Amerika, jika manufaktur smartphone dibangun di negara ini.

“Tentara yang terdiri dari jutaan manusia yang memasang sekrup-sekrup kecil untuk membuat iPhone, hal semacam itu akan datang ke Amerika,” kata Menteri Perdagangan Howard Lutnick di CBS pada Minggu (13/4).

Foxconn memproduksi iPhone dan produk Apple lainnya di kampus-kampus besar di Cina. Para pekerja sering kali bepergian dari daerah sekitar untuk bekerja di pabrik dalam waktu singkat, dan lapangan kerja meningkat secara musiman di musim panas sebelum iPhone baru dirilis di musim gugur. Sistem yang berjalan lancar ini membantu Apple memproduksi lebih dari 200 juta iPhone per tahun. 

Selain itu, Foxconn selama bertahun-tahun telah diawasi ketat terkait kondisi pekerja berkali-kali, termasuk pada 2011 ketika perusahaan memasang jaring di sekitar beberapa gedungnya setelah serangkaian kasus bunuh diri pekerja. Kelompok pengawas mengatakan pekerjaan di Foxconn melelahkan dan para pekerja ditekan untuk bekerja lembur.

Meskipun menghadapi kondisi kerja yang buruk, Foxconn mempekerjakan 50.000 pekerja tambahan di pabrik terbesarnya di Henan untuk memproduksi cukup banyak iPhone menjelang peluncuran model terbaru pada bulan September, media China melaporkan pada musim gugur lalu.

Akan tetapi, pekerja Tiongkok dibayar jauh lebih rendah daripada pekerja Amerika. Upah per jam selama lonjakan produksi iPhone 16 yakni 26 yuan atau US$ 3,63, dengan bonus penandatanganan 7.500 yuan atau US$ 1.000, menurut South China Morning Post. Sebagai perbandingan, upah minimum di California US$ 16,5 per jam. 

Oleh karena itu, Analis Bank of America Securities Wamsi Mohan memprediksi biaya tenaga kerja untuk merakit dan menguji iPhone di AS US$ 200 per iPhone, jauh di atas Cina US$ 40.

Trump mengumumkan investasi US$ 10 miliar dari Foxconn untuk membangun pabrik di Wisconsin pada 2017. Apple tidak pernah secara resmi terikat dengan lokasi Foxconn di Wisconsin, tetapi hal itu tidak menghentikan Trump untuk mengklaim Apple akan membangun tiga ‘pabrik besar yang indah’ di AS.

Foxconn beberapa kali mengubah rencana terkait apa yang akan diproduksi pabrik di Wisconsin, tetapi akhirnya memutuskan untuk membuat masker wajah selama pandemi corona, tidak ada yang berhubungan dengan elektronik.

Pabrik Foxconn di Wisconsin direncanakan menyediakan 13 ribu lapangan pekerjaan, tetapi hanya menciptakan 1.454. 

Oleh karena itu, para analis menilai sulit untuk mewujudkan keinginan Trump bahwa Apple memproduksi iPhone di Amerika.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...