Curhat Pengemudi Ojol Soal Maraknya Order Fiktif dan Aksi Prank
Para pengemudi ojek online (ojol) menganggap aksi iseng (prank) yang dilakukan para pembuat konten di YouTube (YouTuber) terhadap sejumlah pengemudi justru merugikan. Maraknya pesanan (order) fiktif membuat waktu mereka terbuang percuma dan berpotensi menurunkan penghasilannya.
Salah satu pengemudi ojol mitra Grab, Firnanda Eriawan, mengaku ia pernah terkena ulah keisengan pemesan makanan melalui aplikasi Grab Food. "Sudah beli makanan sesuai pesanan, eh pas sampai lokasi di-cancel. Nilainya enggak seberapa, tapi itu merugikan," kata Firnanda pada Katadata.co.id, Jumat (29/11).
Dia pun pernah menerima order fiktif pada aplikasi Grab Ride. Saat itu, pengemudi ojol berusia 21 tahun itu mencoba mendatangi tempat penjemputan, lokasinya cukup jauh. Sesampainya di lokasi, tidak ada kejelasan mengenai pesanan yang dia terima.
Akhirnya, pesanan itu terpaksa ia batalkan. Padahal, dengan membatalkan pesanan itu pengemudi akan mendapatkan nilai buruk dan kesusahan mendapatkan pesanan selanjutnya.
Selain itu, waktunya jadi terkuras karena melayani pemesan yang tidak jelas. "Cari orderan kan susah, ini malah tidak jelas," ujar pengemudi ojol kelahiran Jakarta itu. Dalam sehari, ia bisa mendapat sepuluh pesanan. Firnanda bekerja dari pagi hingga sore setiap hari. Kadang-kadang ia bekerja tanpa libur di akhir pekan.
Akhir-akhir ini, beberapa artis dan pembuat konten di Youtube membuat sebuah prank yang melibatkan pengemudi ojol. Salah satunya adalah Baim Wong. Pada akun Youtube Baim Paula, dia mengunggah video berdurasi 20,42 menit dengan judul "Nunggu Berjam-jam, Ojek Bintang 5 Ini Tetap Sabar. Dikerjain Satpam Tetap Sabar." Video itu ditonton hingga 4,6 juta kali.
Menurut Firnanda, beberapa video prank memang tujuannya menghibur. Namun, hal itu dinilai dapat memengaruhi psikologis pengemudi ojol. Pengemudi ojol hanya dianggap sebagai objek kejahilan para pembuat konten video. Meskipun dalam beberapa video lainnya pengemudi ojol diberi uang, menurut Firnanda, uang itu tidak seberapa dibandingkan pendapatan para pembuat konten dari Adsense.
(Baca: Marak Video Prank YouTuber, Ini Kata Asosiasi Ojek Online & Ahli Hukum)
Menjahili Ojol Tindakan Tak Terpuji
Contoh beberapa konten prank lain yang melibatkan ojol ada di akun @hasanjr11 yang membuat video prank bertema "Order Pizza 1.000.000 Gw Cancel, Terus Gw Ga Ngaku Kalo Order! Bapak Ini Nangis". Konten tersebut telah ditonton lebih dari 6,1 juta kali sejak dua minggu lalu. Ia memiliki 3,33 juta pelanggan di akun YouTube-nya.
Lalu, akun Joe Reny Vlog yang membuat video berjudul ‘Order Makanan 1.000.000 Aku Cancel, Cewe Cantik Ini Gak Mau Tau! Mas Ini Nangis’. Konten itu disaksikan lebih dari 2,1 juta kali sejak 17 November lalu. Joe memiliki 2,08 juta pelanggan di akun YouTube-nya.
"Untung yang di-prank dia sabar. Kalau yang di-prank kesal terus mengontak teman-temannya buat main hakim sendiri, bisa berbuntut panjang," ujar Sumari, seorang pengemudi ojol mitra Gojek, pada Jumat (29/11).
Pengemudi ojol berusia 41 tahun itu menjalani profesinya sejak 2015. Dia pernah satu kali mendapatkan pengalaman tidak enak saat mengantarkan belanjaan yang dipesan konsumen. Nilai belanjaan lebih dari Rp 200 ribu. Setelah sampai di tujuan, konsumen malah membatalkan pesanannya.
Karena menurutnya nilai belanjaan itu cukup besar, Sumari mendatangi kantor Gojek untuk menanyakan kemungkinan proses pengembalian dana. Untungnya, ada proses penggantian (reimburse) dari Gojek, sehingga uang yang digunakan untuk memesan belanjaan itu kembali.
Pengemudi ojol lainnya dari Grab, Ikhsan Nur Arifin, mengatakan para pembuat konten yang menjadikan pengemudi ojol sebagai objek keisengan tidak mempertimbangkan unsur kemanusiaan. "Kenapa harus dengan cara seperti itu. Kalau bisa jangan," tutur pengemudi ojol berusia 24 tahun itu.
(Baca: Grab dan Gojek Tanggapi Prank Order Fiktif Ojek Online oleh YouTuber)
Pengemudi Sulit Mengurus Penggantian Order Fiktif
Sejak awal, Grab memberikan informasi kepada Ikhsan terkait saluran keluhan dan penggantian yang bisa diperoleh apabila mendapatkan order fiktif. Tapi menurut Ikhsan, karena pengemudi menganggap saluran itu rumit. Pengemudi memilih mengabaikan saja kejahilan dari para pelanggan.
Begitu juga dengan Nurkelana, seorang pengemudi ojol dari Gojek yang sudah lima tahun mencoba peruntungannya di Jakarta. Dia mengatakan, perilaku jahil dengan prank maupun order fiktif sangat menyusahkan ojol. Dia mengaku sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari konsumen, seperti order fiktif. Namun, dia memilih tak menghiraukannya karena saluran keluhan dari Gojek dianggap rumit dan susah ditindaklanjuti.
Dengan kondisi baik pengemudi dan konsumen yang belum saling mengenal, aksi jahil seperti yang belakangan terjadi bisa membahayakan bagi keduanya. "Kalau yang sudah kenal kita mau minta maaf enak, tapi kalau yang tidak dikenal, dia bisa seenaknya," katanya.
Pengemudi ojol lainnya dari Gojek, Nurul Abdul Aziz mengatakan, aksi jahil yang melibatkan pengemudi ojol bisa jadi menghibur para penonton Youtube. Namun, harus ada kesepakatan antara keduabelah pihak sehingga konten yang dimaksudkan sebagai hiburan itu tidak merugikan pengemudi ojol.
(Baca: Gojek Tanggapi Order Fiktif Ojek Online hingga Jutaan)