Cegah Peretasan Lewat MP4, Facebook Imbau Pengguna Ubah Versi WhatsApp
Facebook mengingatkan pengguna layanan aplikasi pesan instan WhatsApp memperbarui versi. Ini agar pengguna WhatsApp tidak mudah terkena peretasan melalui video MP4.
Perusahaan induk WhatsApp ini sudah memperingatkan adanya celah peretasan melalui enkripsi kode dalam file video MP4. Jenis serangan yang dipakai peretas yaitu dengan Denial of Service (DoS) atau Remote Code Execution (RCE).
Serangan tersebut membuat malware berisiko tertanam dalam perangkat yang sudah terinfeksi dan membuat peretas bisa mengambil alih penggunaan WhatsApp dari jarak jauh. Korbannya adalah pengguna versi perangkat lunak yang dirilis sebelum 2.19.274 untuk android dan sebelum 2.19.100 untuk iOS.
"Peretas dapat menjalankan berbagai perangkat lunak di ponsel atau mungkin mencuri detail rekening bank," ujar Facebook seperti yang dilansir dari Birmingham Mail, Rabu (20/11).
(Baca: WhatsApp Gugat Perusahaan Israel yang Retas 1.400 Ponsel Pengguna)
Sedangkan WhatsApp menyarankan pengguna menggunakan fitur privasi baru bernama Group Permission. Fitur baru ini bisa mencegah pengguna ditambahkan ke grup tanpa izin. Selain itu pengguna bisa memakai opsi My Contacts Except yang membuat pengguna bisa membuat daftar hitam kontak tertentu.
"Dengan fitur-fitur baru ini, pengguna akan memiliki kontrol lebih besar atas pesan grup yang mereka terima," kata WhatsApp.
(Baca: Bersaing dengan E-Commerce, WhatsApp Rilis Fitur Katalog di Indonesia)
Bulan lalu, WhatsApp telah menggugat perusahaan teknologi asal Israel, NSO Group Technologies, ke pengadilan Federal di San Fransisco, Amerika Serikat (AS). NSO diduga telah membantu upaya mata-mata atau spionase pemerintah di berbagai negara dengan meretas sekitar 1.400 ponsel pengguna aplikasi pesan singkat WhatsApp melalui software miliknya.
WhatsApp menuduh NSO melakukan peretasan tersebut di 20 negara yang tersebar di empat benua. Beberapa negara yang telah teridentifikasi mengalami peretasan di antaranya Meksiko, Uni Emirat Arab, serta Bahrain. Sasarannya mulai dari para diplomat, oposisi pemerintah, jurnalis, dan pejabat senior pemerintah setempat.
"Tak dapat diragukan lagi, ini adalah sebuah pola pelecehan (teknologi) yang nyata," ujar pernyataan WhatsApp Oktober lalu.