Huawei Klaim Sistem Operasi Hongmeng 60% Lebih Cepat daripada Android
Huawei Technologies mengklaim sistem operasi (OS) miliknya, Hongmeng, akan 60% lebih cepat dari OS Android. Pendiri Huawei Ren Zhengfei mengatakan, hal itu dapat terjadi karena OS miliknya dirancang untuk diterapkan pada berbagai perangkat mulai dari ponsel hingga pusat data.
Meskipun larangan dagang Huawei terhadap perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS) akan dicabut, raksasa teknologi asal Tiongkok itu tetap menyiapkan OS Hongmeng-nya. Meskipun, Ren mengakui, perusahaan saat ini tidak memiliki alternatif untuk toko aplikasinya, selain Google Play dan App Store milik Apple. "Kami sedang mengusahakannya," kata Ren seperti dikutip dari ZDNet, Senin (8/7).
Sampai larangan dagang tersebut secara resmi dicabut oleh Departemen Perdagangan AS, Huawei tidak punya banyak pilihan selain terus maju dengan OS Hong Meng yang dilaporkan berbasis Linux. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan akan mengakhiri boikot terhadap produk Huawei usai bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinpin di Konferensi Tingkat Tinggi G20, Osaka, Jepang, pada akhir Juni lalu.
Huawei pertama kali mendiskusikan untuk membuat OS Android-nya pada bulan Maret lalu, di tengah meningkatnya perang dagang antara AS dan Tiongkok. "Kami masih berkomitmen untuk (OS) Microsoft Windows dan Google Android. Tetapi jika kami tidak dapat menggunakannya, kami akan menyiapkan rencana B untuk menggunakan OS kami sendiri," ujar juru bicara Huawei kepada CNet.
(Baca: Bos Huawei Prediksikan Kerugian Google Imbas OS Hongmeng)
Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Ren membantah kabar yang mengatakan bisnis perusahaan terkena dampak besar karena masuk dalam daftar hitam pemerintah AS. Ia mengklaim bagian paling maju dari operasinya terletak pada pembuatan chip, misalnya prosesor Kirin.
Ia juga membicarakan soal perlindungan data pengguna dan mengklaim tidak akan pernah menyerahkan data kepada pemerintah Tiongkok. Pasalnya, hai ini akan sangat berisiko bagi reputasinya secara internasional.
"Kami tidak akan pernah melakukan hal seperti itu (menyerahkan data ke pemerintah Tiongkok)," katanya. Jika perusahaan melakukannya sekali saja, AS akan memiliki bukti untuk menyebarkannya ke seluruh dunia. "Kemudian 170 negara dan wilayah tempat kami beroperasi akan berhenti membeli produk kami, dan perusahaan kami akan runtuh," ujar Ren kepada Financial Times.
(Baca: Janjikan Garansi, Huawei Sebut 17 Ponselnya Bisa Diperbarui Android Q)