Penyebab Sinyal Buruk Saat Berada di MRT Jakarta
Jaringan sinyal yang buruk pada PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta banyak dikeluhkan para pengguna transportasi tersebut. Pihak MRT menjelaskan buruknya sinyal tersebut dikarenakan belum banyak operator telekomunikasi yang bermitra dengan penyedia jaringan infrastruktur MRT, yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).
Kepala Divisi Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin mengatakan, hingga saat ini baru ada dua provider telekomunikasi yang sudah bermitra dengan TBIG, yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan PT Smartfren Telecom Tbk (Smartfren).
“Kalau di luar itu (Telkomsel dan Smartfren) sinyalnya kurang baik, wajar saja karena belum disambungkan secara resmi sinyalnya oleh mitra kami,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (9/4).
(Baca: MRT Jakarta Siapkan Pembayaran Berteknologi QR Lewat Ponsel)
Namun demikian, dia menolak berkomentar perihal kabar mahalnya tarif sewa jaringan operator di MRT Jakarta. Kondisi ini disinyalir menyebabkan beberapa operator telekomunikasi berpikir ulang mengivenstasikan dananya untuk mendukung layanan selular di MRT.
Menurutnya, penetapan tarif sewa infrastruktur telekomunikasi merupakan wewenang TBIG sebagai mitranya.
(Baca: Menjajal MRT, Jokowi Sebut Simbol Peradaban Baru Jakarta)
Namun, Kamaluddin menampik bahwa wilayah operasional MRT Jakarta merupakan wilayah publik tidak boleh dikomersialkan. Sebab, jaringan operator yang telah disediakan mitranya perlu ditutup dengan biaya sewa untuk kelangsungan infrastruktur jaringan yang telah mereka sediakan.
Kamaluddin menjelaskan, perusahaan akan melegalkan apabila operator telekomunikasi memiliki teknologi alternatif untuk menjangkau sinyal di MRT Jakarta meski tanpa bekerja sama dengan mitranya. “Kalau mereka (operator telekomunikasi) punya teknologi yang bisa menembus ke bawah tanah tanpa harus melewati mitra kami, ya silahkan,” ujar Kamaluddin.
Negosiasi Tarif Sewa Jaringan
Dikonfirmasi terpisah, Group Head Corporate Communication XL Tri Wahyuningsih mengatakan perusahaan berniat meningkatkan kualitas jaringan di sepanjang jalur MRT Jakarta untuk kenyamanan pelanggannya.
Hanya saja, hingga saat ini perusahaan belum menemukan titik kesepakatan tarif sewa yang ditawarkan perusahaan infrastruktur jaringan, karena harganya yang dinilai masih terlalu tinggi. “Kami terus melakukan negoisasi (tarif sewa) dengan pengelola (infrastruktur jaringan) MRT,” ujar Ayu kepada Katadata.co.id.
TBIG sebelumnya diketahui telah menetapkan tarif sewa sebesar Rp 600 juta per bulan bagi operator yang akan menggunakan infrastruktur jaringannya.
Sama halnya dengan XL, Group Head Corporate Communication Indosat Turina Farouk mengatakan bahwa saat ini perusahaannya masih dalam tahap negosiasi komersil dan berkoordinasi secara intensif dengan pihak TBIG, termasuk pemerintah dan asosiasi.
“Terkait harga yang ditawarkan, kami berharap ada dukungan peraturan yang memudahkan operator untuk hadir melayani masyarakat di wilayah ruang publik, karena telekomunikasi menjadi kebutuhan vital masyarakat di ruang publik tersebut,” ujar Turina kepada Katadata.co.id.
(Baca: MRT Jakarta Akan Capai Break Even Point dalam 5 Tahun)
Sementara, GM External Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin mengatakan bahwa pelanggannya sudah dapat menikmati sinyal perusahaanya, baik di stasiun maupun sepanjang jalur MRT Jakarta. Telkomsel telah menyiapkan infrastruktur jaringan di 13 stasiun (6 underground dan 7 elevated section) dan sepanjang jalur MRT Jakarta.
“Jaringan Telkomsel telah hadir di semua stasiun tersebut dengan teknologi paling lengkap seperti 2G, 3G, 4G serta teknologi 4.5G (Carrier Aggregation),” ujar Denny kepada Katadata.co.id.
Untuk meningkatkan performa jaringan telekomunikasi, menurut dia Telkomsel telah menambah sebanyak 48 BTS di sepanjang jalur MRT Jakarta . Ia berharap, hadirnya jaringan Telkomsel di sepanjang jalur MRT Jakarta dapat menjadikan penggunanya tetap produktif selama melakukan mobilitas maupun berbagai aktivitas di manapun dan kapanpun.
(Baca: Rudiantara Minta Jaringan Komunikasi MRT Jakarta Tak Dikomersialkan)