Transaksi Nontunai Dongkrak Pendapatan Pedagang Pasar Modern
Lembar karton bergambar barcode kode quick response (QR code) terpajang pada hampir semua lapak di Pasar Modern Paramount Gading Serpong dan Town Market Modernland, Tangerang. QR code ini berfungsi sebagai medium pembayaran dari pembeli kepada pedagang.
Kehadiran lembar barcode bernuansa biru muda milik GO-PAY menggambarkan layanan uang elektronik ini aktif merangkul pengusaha mikro di pasar. Sejumlah pedagang yang diwawancarai Katadata.co.id mengaku, penjualan melonjak tajam pascamenyediakan pembayaran nontunai.
Di Pasar Modern Paramount Gading Serpong, electronic money dari PT Dompet Anak Bangsa tersebut mulai masuk sejak November 2018. Kini, sedikitnya 85 persen pedagang di pasar ini menjadi mitra skala mikro (micro merchant) GO-PAY.
Pedagang sayur bernama Zulkifli bercerita, promo cashback mendongkrak minat belanja konsumen. Peningkatan jumlah pembeli turut mengerek pendapatan pedagang. GO-PAY menetapkan cashback sebesar 30 persen untuk pembeli di Pasar Paramount.
"Biarpun cashback cuma 30 persen (maksimal Rp 10.000), bagi ibu-ibu bisa untuk belanja yang lain. Karena inilah omzet saya naik, bisa lebih dari 50 persen kenaikannya. Apalagi seperti waktu momen Imlek (Tahun Baru China)," katanya membandingkan dengan omzet pada Januari 2019.
Aep Saepul Bahri, penjual daging, mengutarakan pernyataan senada. Bahkan, nilai transaksi menggunakan uang elektronik di lapaknya lebih dominan dibandingkan dengan pembayaran tunai. GO-PAY menghasilkan Rp 5 juta, lebih banyak daripada tunai sekitar Rp 3 juta per hari.
Pedagang di Town Market Modernland turut mengamini penuturan Zulkifli dan Aep. Seorang pedagang buah bernama M. Sobirin menjelaskan, kehadiran medium pembayaran uang elektronik sejak Februari 2019 membuat pendapatannya naik.
“Jualan kami meningkat karena ada cashback, ini menarik konsumen datang ke pasar karena belanja mereka bisa lebih hemat. Dan tidak perlu repot siapkan uang kembali,” ucap Sobirin. Kenaikan penjualan sedikitnya 20 persen dibandingkan dengan sebelum ada layanan transaksi via scan kode QR.
Pembayaran menggunakan GO-PAY dalam sehari sedikitnya Rp 1 juta setara sekitar 50 transaksi. Total pendapatan lapak buah-buahan milik Sobirin pada Senin - Jumat sekarang berkisar Rp 4 juta - Rp 5 juta. Porsi transaksi nontunai bisa 50 persen.
Sama halnya dengan penjual ikan asin di Town Market Modernland bernama Umadani. Pria ini membukukan peningkatan penjualan hingga 60 persen setelah bermitra dengan GO-PAY sejak Februari dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dia meraup setidaknya Rp 2 juta - Rp 3 juta per hari dan 60 persennya adalah pembayaran nontunai.
“Penjualan paling menanjak pada dua bulan belakangan ini, jauh meningkat baik dari jumlah pembeli maupun kuantitas barang yang dibeli masing-masingnya,” ujar Umadani.
Sementara itu, Head of Micro Merchant Regional Jabodetabek GO-PAY Eliawati Flavia menjelaskan bahwa misinya tak berhenti pada upaya peningkatan pendapatan para pengusaha mikro. Perusahaan juga ingin memperkenalkan manfaat lain pembayaran nontunai, seperti efisiensi waktu transaksi.
“Kami memiliki tim khusus yang berperan untuk mengedukasi para pelaku UMKM di berbagai kota di Indonesia tentang teknologi pembayaran ini,” katanya.
Penetrasi GO-PAY di Tangerang hanya bagian kecil dari kiprah uang elektronik ini di Tanah Air. Pasalnya, Pasar Modern Paramount Gading Serpong dan Town Market Modernland hanya dua dari total 40 pasar modern yang dirangkul GO-PAY se-Indonesia, sekitar 30 berlokasi di Jabodetabek.
Sesuai sebutannya, pasar-pasar tersebut dikelola secara modern. Tak ada lantai becek yang tertutup tanah basah. Pemisahan antarjenis bahan pangan juga jelas sehingga calon pembeli lebih mudah mencari produk yang dibutuhkan.
Penetrasi uang elektronik di lingkungan pasar membantu memperkuat citra “modern” dari segi pola transaksi di antara pembeli dan pedagang. Konsumen datang, pilih barang, scan, selesai. Ada bonus pula, berupa cashback senilai tertentu.
Pusat kerumunan massa, seperti pasar modern, dibidik GO-PAY sejalan dengan misi untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan pengusaha mikro. Terbukti, riset Financial Times tentang sistem pembayaran melalui aplikasi pada 2018 mencatat, GO-PAYmeningkatkan pemahaman 75 persen masyarakat terkait layanan keuangan digital.
Vice President GO-PAY Micro Merchant Dewi Yulianti menyatakan, mitra yang termasuk pelaku usaha mikro versi GO-PAY ialah mereka yang lazimnya sama sekali belum pernah tersentuh layanan keuangan digital termasuk uang elektronik.
"Rekan mikro adalah virgin merchant yang enggak pernah transaksi, misalnya, pakai EDC bank. Bahkan, para pelakunya susah mendapat rekening bank. Selain itu, biasanya pemilik usahanya langsung berdagang di lapangan," tutur dia.
GO-PAY terus memperkuat komitmennya dalam mendorong perekonomian Indonesia dari piramida terbawah. Perusahaan mewujudkannya dengan memperkenalkan teknologi pembayaran nontunai kepada para pelaku usaha mikro dan melakukan digitalisasi pasar modern.